Di antara jam 21.03-21.15 Kumpul bareng dengan adik-adik tercinta.
Ada yang berbeda dengan pertemuan tadi malam ….
Salah satu adik didikku menangis di depan kami semua. Menangis karena takut, mengangis karena merasa diperingatkan, menangis karena merasa telah lalai, menangis…, Oh lembut benar hatinya. Aku buka pertemuan ini dengan membaca ayat terakhir surah Fathir, surah Fathir ayat 45,
Dan kalau sekiranya Allah menghukum manusia disebabkan oleh apa yang telah mereka perbuat, niscaya Dia tidak akan menyisakan satu pun makhluk bergerak yang bernyawa di atas permukaan bumi ini, akan tetapi Allah menangguhkan (penyiksaan) mereka, sampai waktu yang sudah ditentukan. Nanti apabila ajal mereka tiba, maka Allah akan melihat (keadaan) hamba-hamba-Nya. (QS. Fathir: 45)
Aku tidak pernah merencanakan untuk membaca ayat itu. Aku membuka pertemuan ini dengan surah itu karena aku tidak sengaja membukanya dan melihatnya terstabilo. Tapi ternyata tidak ada yang tidak sengaja. Tidak ada yang namanya kebetulan, semuanya telah ALLAH takdirkan. Aku sudah lihat perubahan wajah adikku itu dari awal aku memberikan materi karena posisi duduknya tepat di depanku. Subhanallah, hatinya benar-benar ada untuk ALLAH.
Tiba saat sesi mutabaah, tiba saat gilirannya berbicara, aku tidak mendapatkan apapun kecuali melihat kepalanya yang tertunduk. YA ALLAH…, dia menangis. Dia menangis ketakutan. Sungguh saat itu pun aku ketakutan, rasanya ingin menangis bersamanya. Apa yang dia katakan? Sungguh sangat sederhana (kurang lebih seperti ini):
“Mas, seminggu sebelum minggu ini, aku merasa ibadahku sangat baik. Mau tahajud bangun, targetan tilawah nyampe, semuanya lancar. Aku juga rasa semuanya berjalan sangat gampang, saat aku perlu sesuatu pasti langsung ada, saat aku butuh sesuatu pasti terpenuhi.” Matanya berkaca-kaca saat berbicara ini.
“Tapi mas, minggu ini itu berantakan. Semuanya tidak tercapai. Aku merasa sangat lalai. Aku terlena dengan keadaan minggu lalu.” Tangisnya tidak terbendung. “Mas tau? Surah Fathir yang tadi mas baca itu, udah dua kali aku baca hari ini. Yang pertama aku yang baca dan yang kedua aku denger langsung dari mas….”
Kami yang mendengar hanya bisa diam. Sungguh Maha Besar Engkau ALLAH. Di depanku sekarang duduk seorang yang merasa diperingatkan langsung oleh penciptanya. Di depanku sekarang duduk seorang yang menangis karena ketakutan, menangis karena takut kepadaMU.
Nabi Shalallaahu alaihi wa salam bersabda, yang artinya: “Barangsiapa yang mengingat Alloh kemudian dia menangis sehingga air matanya mengalir jatuh ke bumi niscaya dia tidak akan diazab pada hari Kiamat kelak.” (HR. al-Hakim dan dia berkata sanadnya shahih)
Dari Bahaz Bin Hakim dari bapaknya dari kakeknya semoga Alloh meridhai mereka, kakeknya berkata, “Saya mendengar Rasululloh saw. bersabda, “Diharamkan neraka membakar tiga golongan manusia yang disebabkan matanya, (pertama) mata yang menangis karena takut pada Allah, (kedua) mata yang dipergunakan untuk berjaga-jaga (begadang) di jalan Alloh, (ketiga) mata yang terpelihara dari hal-hal yang diharamkan Alloh.” (HR: At-Thabrani, Al-Baghawi dan yang lainnya, al-Hakim mengatakan hadits ini shahih dan disepakati oleh adz-Dzahabi)
Sekarang aku pun bercermin pada hatiku. Seberapa takutkah aku kepada ALLAH? Seberapa dekatkah aku denganMU, ya RAbb? Aku yang mengaku aktivis dakwah kampus, sudah seberapa seringkah aku berkhalwah berdua hanya denganMU? Menangis karena TAKUT, bukan menangis karena merasa terhimpit, bukan menangis karena mendapatkan masalah saja, bukan menangis karena ada maunya aja.
Aku terlalu sibuk dengan urusan dunia, aku terlalu senang mengurusi yang belum tentu ada manfaatnya, tapi dengan tenangnya aku melupakan bahwa ada yang lebih dan harusnya aku lakukan. Dapatkah hamba menjadi hambaMU yang mendapatkan naungan dimana tiada naungan selain naunganMU?
Dari Abu Hurairah Radhiallaahu anhu, Rasululloh saw. bersabda, yang artinya: “Tujuh golongan yang mendapat naungan Alloh pada suatu hari yang tidak ada naungan kecuali naungan Alloh; …(dan disebutkan di antaranya) seseorang yang berdzikir (ingat) kepada Allah dalam kesendirian (kesunyian) kemudian air matanya mengalir.”(HR: Al-Bukhari, Muslim dan lain-lainya)
Wallahu a’lam bish shawab.
Pertemuan malam td berakhir sangat tenang. Tangisan adikku menjadi tausiyah yang sangat berharga, sangat kuat, sangat berbekas. Tausiyah tanpa kata-kata tapi berarti sangat dalam, berarti sangat amat dalam.
Akankah suatu hari nanti aku dapat melihat wajahMU, ALLAHku?
Aku mau. Amin….
Ada yang berbeda dengan pertemuan tadi malam ….
Salah satu adik didikku menangis di depan kami semua. Menangis karena takut, mengangis karena merasa diperingatkan, menangis karena merasa telah lalai, menangis…, Oh lembut benar hatinya. Aku buka pertemuan ini dengan membaca ayat terakhir surah Fathir, surah Fathir ayat 45,
Dan kalau sekiranya Allah menghukum manusia disebabkan oleh apa yang telah mereka perbuat, niscaya Dia tidak akan menyisakan satu pun makhluk bergerak yang bernyawa di atas permukaan bumi ini, akan tetapi Allah menangguhkan (penyiksaan) mereka, sampai waktu yang sudah ditentukan. Nanti apabila ajal mereka tiba, maka Allah akan melihat (keadaan) hamba-hamba-Nya. (QS. Fathir: 45)
Aku tidak pernah merencanakan untuk membaca ayat itu. Aku membuka pertemuan ini dengan surah itu karena aku tidak sengaja membukanya dan melihatnya terstabilo. Tapi ternyata tidak ada yang tidak sengaja. Tidak ada yang namanya kebetulan, semuanya telah ALLAH takdirkan. Aku sudah lihat perubahan wajah adikku itu dari awal aku memberikan materi karena posisi duduknya tepat di depanku. Subhanallah, hatinya benar-benar ada untuk ALLAH.
Tiba saat sesi mutabaah, tiba saat gilirannya berbicara, aku tidak mendapatkan apapun kecuali melihat kepalanya yang tertunduk. YA ALLAH…, dia menangis. Dia menangis ketakutan. Sungguh saat itu pun aku ketakutan, rasanya ingin menangis bersamanya. Apa yang dia katakan? Sungguh sangat sederhana (kurang lebih seperti ini):
“Mas, seminggu sebelum minggu ini, aku merasa ibadahku sangat baik. Mau tahajud bangun, targetan tilawah nyampe, semuanya lancar. Aku juga rasa semuanya berjalan sangat gampang, saat aku perlu sesuatu pasti langsung ada, saat aku butuh sesuatu pasti terpenuhi.” Matanya berkaca-kaca saat berbicara ini.
“Tapi mas, minggu ini itu berantakan. Semuanya tidak tercapai. Aku merasa sangat lalai. Aku terlena dengan keadaan minggu lalu.” Tangisnya tidak terbendung. “Mas tau? Surah Fathir yang tadi mas baca itu, udah dua kali aku baca hari ini. Yang pertama aku yang baca dan yang kedua aku denger langsung dari mas….”
Kami yang mendengar hanya bisa diam. Sungguh Maha Besar Engkau ALLAH. Di depanku sekarang duduk seorang yang merasa diperingatkan langsung oleh penciptanya. Di depanku sekarang duduk seorang yang menangis karena ketakutan, menangis karena takut kepadaMU.
Nabi Shalallaahu alaihi wa salam bersabda, yang artinya: “Barangsiapa yang mengingat Alloh kemudian dia menangis sehingga air matanya mengalir jatuh ke bumi niscaya dia tidak akan diazab pada hari Kiamat kelak.” (HR. al-Hakim dan dia berkata sanadnya shahih)
Dari Bahaz Bin Hakim dari bapaknya dari kakeknya semoga Alloh meridhai mereka, kakeknya berkata, “Saya mendengar Rasululloh saw. bersabda, “Diharamkan neraka membakar tiga golongan manusia yang disebabkan matanya, (pertama) mata yang menangis karena takut pada Allah, (kedua) mata yang dipergunakan untuk berjaga-jaga (begadang) di jalan Alloh, (ketiga) mata yang terpelihara dari hal-hal yang diharamkan Alloh.” (HR: At-Thabrani, Al-Baghawi dan yang lainnya, al-Hakim mengatakan hadits ini shahih dan disepakati oleh adz-Dzahabi)
Sekarang aku pun bercermin pada hatiku. Seberapa takutkah aku kepada ALLAH? Seberapa dekatkah aku denganMU, ya RAbb? Aku yang mengaku aktivis dakwah kampus, sudah seberapa seringkah aku berkhalwah berdua hanya denganMU? Menangis karena TAKUT, bukan menangis karena merasa terhimpit, bukan menangis karena mendapatkan masalah saja, bukan menangis karena ada maunya aja.
Aku terlalu sibuk dengan urusan dunia, aku terlalu senang mengurusi yang belum tentu ada manfaatnya, tapi dengan tenangnya aku melupakan bahwa ada yang lebih dan harusnya aku lakukan. Dapatkah hamba menjadi hambaMU yang mendapatkan naungan dimana tiada naungan selain naunganMU?
Dari Abu Hurairah Radhiallaahu anhu, Rasululloh saw. bersabda, yang artinya: “Tujuh golongan yang mendapat naungan Alloh pada suatu hari yang tidak ada naungan kecuali naungan Alloh; …(dan disebutkan di antaranya) seseorang yang berdzikir (ingat) kepada Allah dalam kesendirian (kesunyian) kemudian air matanya mengalir.”(HR: Al-Bukhari, Muslim dan lain-lainya)
Wallahu a’lam bish shawab.
Pertemuan malam td berakhir sangat tenang. Tangisan adikku menjadi tausiyah yang sangat berharga, sangat kuat, sangat berbekas. Tausiyah tanpa kata-kata tapi berarti sangat dalam, berarti sangat amat dalam.
Akankah suatu hari nanti aku dapat melihat wajahMU, ALLAHku?
Aku mau. Amin….
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan Kasih Jempolnya..