Rabu, 28 Maret 2012

Adikku Sayang..

Aku lahir di suatu desa di pegunungan yang sangat terpencil. Untuk memenuhi kebutuhan kami, setiap hari dengan berpeluh orangtuaku membajak lahan kami yang tandus. Dan, aku mempunyai seorang adik laki-laki yag usianya tiga tahun lebih muda dari aku.
Suatu saat, karena tertarik untuk membeli sebuah sapu tangan yang di pakai oleh banyak gadis di desa kami, aku mencuri uag lima puluh sen dari laci ayahku.

Ayahku segera menyadari kehilangan uang tersebut. Ayah memerintahkan aku dan adikku untuk berlutut di depan tembok, dengan sebuah tongkat bambu ditangannya.
“Siapa yang mencuri uang itu ?” ayah bertanya dengan sangat marah. Aku terdiam, terlalu takut untuk berbicara.
Ayah semakin marah ketika tidak ada yang mengaku, dan ia berkata, “Baik , kalau begitu kalian berdua akan ku hajar !” Ayah mengangkat tongkat bambu itu tinggi-tinggi. Tiba-tiba, adikku mencengkeram tangannya dan berkata, “Ayah, aku yang melakukannya !”
Tongkat panjang itu segera bertubi-tubi menghantam punggung adikku. Ayah begitu marah, sehingga ia lupa diri dan berus menerus memukul adikku sampai beliau kehabisan nafas.
Sesudah itu, ayah duduk di atas ranjang batu kami dan memarahi adikku, “Kamu sudah belajar mencuri sekarang, hal memalukan apalagi yang akan kamu lakukan di masa yang akan datang ? …. Kamu layak dipukul sampai mati !!! Kamu pencuri tidak tahu malu !!!
Malam itu Ibu dan aku memeluk adikku dalam pelukan kami. Tubuhnya penuh dengan luka, tetapi ia tidak menitikkan air mata setetes pun. Pada tengah malam, aku tiba-tiba mulai menangis meraung-raung. Adikku menutup mulutku dengan tangan kecilnya dan berkata, “Kak, jangan menangis lagi sekarang. Semua telah terjadi.” Aku masih saja membenci diriku, karena tidak memiliki cukup keberanian untuk mengakui perbuatanku.
Bertahun-tahun telah lewat, tetapi kejadian tersebut seakan baru terjadi kemarin. Aku tak pernah melupakan wajah adikku waktu ia melindungiku. Ketika itu, adikku berusia 8 tahun dan aku berusia 11 tahun. Setelah adikku lulus SMP, ia akan melanjutkan ke sebuah SMA di kabupaten. Pada saat yang bersamaan, aku di terima disebuah universitas propinsi. Malam itu ayah berjongkok di halaman, menghisap rokok tembakaunya, terus-menerus sampai menghabiskan berbungkus-bungkus rokok.
Aku mendengarnya menggerutu, “Kedua anak kita memberikan hasil yang sangat baik…hasil yang sangat baik…” Ibu mengusap air matanya yang mengalir dan menghela nafas, “Apa gunanya ? Bagaimana mungkin kita bisa membiayai keduanya sekaligus ?”
Saat itu juga, adikku berjalan keluar menghampiri ayah dan berkata, “Ayah, aku tidak mau melanjutkan sekolah lagi, aku telah cukup membaca banyak buku.
”Ayah mengayunkan tangannya dan memukul wajah adikku. “Keparat, mengapa kamu mempunyai jiwa yang begitu lemah ? Sekalipun hal tersebut berarti aku harus mengemis dijalanan, aku akan tetap menyekolahkan kalian berdua sampai selesai !!” Setelah itu ayah mengetuk setiap rumah di desa kami untuk mencoba meminjam uang.
Dengan penuh kelembutan, aku menjulurkan tanganku ke wajah adikku yang membengkak. Aku mencoba menasehatinya, “Seorang anak laki-laki harus melanjutkan sekolahnya. Jika tidak, maka ia tidak akan pernah meninggalkan jurang kemiskinan ini. Aku seorang wanita. Sekolah tidaklah terlalu penting. Aku telah memutuskan untuk tidak melanjutkan pendidikan ke universitas.
Pada keesokan harinya, sebelum fajar menyingsing, di luar dugaan, adikku meninggalkan rumah dengan beberapa helai pakaian lusuh dan sedikit kacang yang sudah mengering. Dia menyelinap ke samping ranjangku dan meninggalkan secarik kertas di atas bantalku, “Kak, masuk ke universitas itu tidaklah mudah. Aku akan pergi mencari kerja dan mengirimi-mu uang.”
Aku memegang kertas tersebut di atas tempat tidurku, sambil menangis dengan air mata bercucuran sampai suaraku hilang. Saat itu adikku berusia 17 tahun dan aku 20 tahun. Dengan uang hasil pinjaman ayah pada beberapa warga desa, ditambah dengan uang dari adikku (hasil kerja adik sebagai kuli panggul semen di lokasi konstruksi), akhirnya aku berhasil melewati tahun ketiga di universitas.
Pada suatu hari, ketika aku sedang belajar dikamar, teman sekamarku masuk dan memberitahukan, “Ada seorang penduduk desa menunggumu di luar !”
Mengapa ada seorang penduduk desa mencariku ? Aku berjalan keluar, dan melihat adikku dari jauh, seluruh badannya kotor tertutup debu semen dan pasir.
Aku bertanya kepadanya, “Mengapa tidak kamu katakan bahwa kamu adalah adikku ?” Dia menjawab, tersenyum, “Lihatlah penampilanku. Apa yang akan mereka pikirkan, jika mereka tahu bahwa aku adalah adikmu ? Apakah mereka tidak akan menertawakanmu ?” Aku merasa sangat terharu dan air mata kembali mengalir dari mataku. Aku membersihkan semua debu yang melekat pada adikku, dengan agak tersendat-sendat aku berkata, “ Aku tidak peduli omongan siapapun ! Kamu adalah adikku…apapun juga ! Kamu adalah adikku bagaimanapun penampilanmu…”
Dari sakunya ia mengeluarkan sebuah jepit rambut berbentuk kupu-kupu. Ia memakaikannya di rambutku, dan kemudian menjelaskan, “Aku melihat semua gadis di kota memakainya. Jadi, aku pikirkamu juga harus memakainya. “Dan, aku pun tidak dapat menahan diri lebih lama lagi. Aku memeluk adikku, menangis dan menangis…
Waktu terus berlalu, adikku telah berusia 20 tahun sedangkan aku berusia 23 tahun. Saat aku pertama kali membawa pacarku ke rumah, kaca jendela yang pecah telah diganti, dan rumahku terlihat bersih.
Setelah pacarku pulang , aku menari seperti seorang gadis kecil di depan ibuku. “Bu, ibu tidak perlu menghabiskan begitu banyak waktu untuk membersihkan rumah kita !” Ibu hanya tersenyum dan berkata, “Ini adalah karena adikmu yang pulang lebih awal untuk membersihkan rumah ini. Tidakkah kamu melihat luka pada tangannya ? Ia terluka ketika memasang kaca jendela baru itu.”
Aku masuk ke dalam ruangan kecil adikku. Melihat wajahnya yang kurus, seratus jarum terasa menusukku. Aku mengoleskan sedikit obat pada lukanya dan membalut lukanya.
“Apakah masih sakit ?” aku bertanya kepadanya.
“Tidak, tidak sakit. Kamu tahu, ketika bekerja di lokasi konstruksi, batu-batu berjatuhan pada kakiku setiap saat. Hal tersebut bahkan tidak menghentikanku untuk bekerja dan … “
Di tengah kalimat itu ia berhenti… Aku membalikkan tubuhku memunggunginya, air mataku mengalir deras turun ke wajahku.
Tahun terus berlalu, dan saat aku menikah, adikku berusia 23 tahun, sedangkan aku berusia 26 tahun. Setelah menikah aku tinggal di kota. Sering kali suamiku dan aku mengundang orantuaku untuk datang dan tinggal bersama kami, tetapi mereka selalu menolak.
Mereka mengatakan, jika meninggalkan desa, mereka tidak tahu apa yang harus diperbuat. Adikku juga tidak setuju, ia berkata, “Kak, jaga saja mertuamu. Aku akan menjaga ibu dan ayah disini.”
Suamiku menjadi Direktur di pabrik tempat ia bekerja. Kami menginginkan agar adikku mendapatkan pekerjaan sebagai manajer pada bagian pemeliharaan alat teknik. Tetapi, adikku menolak tawaran tersebut. Ia bersikeras untuk tetap bekerja sebagai pekerja reparasi.
Suatu hari adikku terkena sengatan listrik ketika ia naik tangga untuk memperbaiki kabel listrik.
Ia dimasukkan ke rumah sakit. Suamiku dan aku pergi menjenguknya. Setelah melihat gips putih pada kakinya, aku menggerutu. “Mengapa kamu menolak tawaran untuk menjadi seorang manajer ? Seorang manajer tidak akan pernah melakukan Sesuatu yang berbahaya seperti ini. Lihatlah dirimu saat ini, mendapat luka yang begitu serius. Mengapa kamu tidak mendengarkan kami sebelumnya ?”
Dengan wajah serius, ia menjelaskan. “Pikirkanlah kakak ipar…ia baru saja menjadi seorang direktur, dan aku tidak mempunyai pendidikan. Jika aku dijadikan seorang manajer, gossip seperti apa yang akan tersebar ?” Mataku dan mata suamiku dipenuhi oleh air mata, lalu keluarlah perkataanku dengan terpatah-patah, “tetapi, kamu kurang pendidikan juga karena aku !”
“Mengapa membicarakan masa lalu?” jawab adikku sambil menggenggam tanganku. Tahun itu, ia berusia 26 tahun, sedangkan aku berusia 29 tahun.
Adikku berusia 30 tahun ketikaia menikah dengan seorang gadis petani dari desa kami. Pada acara pernikahannya, pembawa acara bertanya kepadanya, “Siapakah yang paling Anda hormati dan Anda kasihi ?” Bahkan tanpa berpikir, ia segera menjawab, “Kakak’ku.”
Ia melanjutkan dengan menceritakan kembali sebuah kisah yang bahkan tidak dapat kuingat. “Ketika aku masih di sekolah dasar, sekolah kami berada di desa yang berbeda. Setiap hari kakakku dan aku berjalan selama dua jam untuk pergi ke sekolah dan dua jam untuk pulang ke rumah. Suatu hari, aku kehilangan salah satu sarung tanganku.
Lalu, kakakku memberikan satu dari sarung tangannya. Dan, ia hanya memakai satu sarung tangan saja dan berjalan sangat jauh.
Ketika kami tiba di rumah, tangannya begitu gemetaran karena cuaca yang begitu dingin, sampai-sampai ia tidak dapat memegang sumpitnya. Sejak hari itu aku bersumpah, selama aku masih hidup, aku akan menjaga kakakku dan berbuat baik kepadanya.”
Tepuk tangan memenuhi ruangan itu. Semua tamu memalingkan perhatiannya kepadaku. Bibirku begitu terasa berat dan sulit untuk mengucapkan kata-kata, “Dalam hidupku, orang yang kepadanya aku sangat berterima kasih adalah adikku.”
Dan, pada saat yang paling berbahagia itu, didepan kerumunan orang banyak dalam perayaan itu, air mataku mengalir turun seperti sungai membasahi wajahku.

Minggu, 25 Maret 2012

Berubah Atau Punah........

Segala yang di bawah langit pasti berubah. Hanya satu hal yang tetap
sepanjang masa, yaitu perubahan itu sendiri. Semua orang sudah
mahfum dengan perkataan ini. Tetapi, tidak semua paham bahwa setiap
perubahan selalu datang sambil bergandengan dengan segudang peluang
atau pilihan.

Saya membicarakannya karena tergelitik kampanye internal salah satu
biro iklan besar di Indonesia. ''Berubah atau Punah.'' Begitu yang
terbaca pada spanduk kecil yang terpampang pada sudut-sudut kantor
biro iklan yang berada di salah satu gedung jangkung di Jakarta.

''Tidak selamanya pergantian keadaan menuju ke arah lebih baik.
Sekali pun yang datang krisis, sejumlah peluang dan pilihan tetap
menyertainya,'' kata chief operating officer-nya.

Ambil contoh ketika terjebak kemacetan lalu lintas Jakarta. Apa yang
dapat Anda lakukan kalau berada dalam situasi menjemukan itu? Senada
dengan pendapat pemimpin biro iklan tersebut, ternyata banyak yang
dapat dilakukan kendati dalam krisis. Sejumlah teman mengaku mengisi
kemacetan dengan berzikir. Kebanyakan memilih membaca koran maupun
buku. Ada juga yang memasang kaset pelajaran bahasa asing. Semua
baik ketimbang menggerutui orang lain dan polisi.

Sementara itu, seorang teman lain memilih membuka laptop-nya dan
menyelesaikan pekerjaan setiap kali terjebak keruwetan lalu lintas.
Contoh yang ini menjelaskan bahwa dia telah beradaptasi dengan
revolusi perubahan cepat teknologi informasi dan teknologi.

Dan, dia telah mendefinisikan kembali cara kerja dan cara pandang
terhadap segala sesuatu di jaman serba komputer sekarang ini. Dia
mempunyai rumusan baru menjalankan bisnis konsultannya dengan
sokongan teknologi, yakni 3F: fast, focus dan flexible. Sehingga,
dari setiap tempat dia dapat bekerja dan berkomunikasi dengan mitra
bisnis.

Dengan rumusan tersebut dia mengaku sedang menjadikan dirinya sebuah
merek atau citra. Persis seperti sebuah perusahaan yang mencoba
menjaga reputasi dengan memuaskan semua pihak yang terkait langsung
maupun tidak terhadapnya. Sekarang ini banyak perusahaan atau produk
yang sengaja membangun citra jati dirinya ibarat manusia berbudi,
lewat aktivitas menderma, menghibur, dan memudahkan.

Cerita tersebut menarik bila disandingkan dengan semakin seringnya
datang kabar bahwa perusahaan-perusahaan sedang merasionalisasi atau
melakukan restrukturisasi organisasinya. Maksud saya, semua itu
ujung-ujungnya berupa pemutusan hubungan kerja (PHK) sejumlah
karyawan dengan segala konsekuensi ke penghidupan banyak keluarga.

Kembali ke awal pembicaraan kita, mereka yang terkena PHK berarti
menemui perubahan berupa krisis. Artinya, mereka sesungguhnya bukan
mengalami petaka tapi menjadi memiliki banyak peluang dan pilihan
mau bagaimana di kemudian hari.

Menjadi lebih baik. Itu pasti yang mereka inginkan. Caranya? Bisa
bekerja di tempat lain kalau masih terbuka lowongan, menjadi
wiraswasta, dan banyak lagi. Namun, apapun yang dipilih ada baiknya
mencontoh bagaimana sebuah manajemen membangun citra perusahaan
sedemikian rupa. Dengan kata lain, diri kita perlu manajemen diri
sehingga mampu beradaptasi dengan perubahan yang dialami.

Anjuran tersebut berlaku bagi semua. Bukan hanya bagi yang terkena
PHK. Sebab, seiring jarum jam berputar, perubahan terus terjadi pada
diri dan lingkungan kita. Segera ciptakan pernyataan positioning
diri setalah mengevaluasi ekuitas merek diri. Intinya mengenali diri
sendiri dan mengetahui pasti apa yang dapat diperbuat dan bagaimana
strategi mencapainya.

Hal tersebut persis dengan yang diperbuat oleh manajemen perusahaan.
Mereka sadar harus terus memperbaiki diri terus menerus. Jika perlu
ganti logo, gaya komunikasi, ganti disain ruang kerja dan alat kerja
yang sudah ketinggalan jaman. Yang penting, terus mampu bersaing dan
mampu beradaptasi dengan gencarnya perubahan.

Nah, Anda dapat melihat sendiri belakangan ini bermunculan nama dan
logo baru di sekitar kita. Ada toko obat, yang namanya begitu
melekat, sekarang tampil dengan warna cerah dan masa kini. Sebuah
asuransi milik negara dan berumur tua juga tampil seperti perusahaan
yang baru kemarin diperkenalkan. Dan banyak lagi.

Sesungguhnya mereka ingin memperlihatkan kepada kita bahwa mereka
tetap mampu bersaing, tetap berdaya, dan masih pas dengan masa kini.
Begitulah mestinya diri kita. Jangan sampai kalah bersaing karena
menghindari perubahan dan tidak melihat peluang.
Berubah atau punah.




Sebuah Catatan Untuk Pasangan

Di sebuah perjamuan makan malam, banyak tamu undangan yang hadir mengucapkan selamat kepada sepasang kakek & nenek yang pada hari itu merayakan Ulang Tahun Perkawinan yang ke-50 tahun. Semua tamu yang hadir ikut dalam suasana bahagia, menyaksikan betapa kakek & nenek tersebut masih saling mencintai meskipun keduanya sudah tidak muda lagi. Banyak pasangan tamu undangan yang berharap kelak akan mengalami hal yang sama. Pada saat jamuan makan mulai seperti biasa tamu-tamu duduk pada meja bundar untuk menikmati makanan yang disediakan.

Pada meja kakek & nenek tersebut telah terhidang masakan ikan kesukaan mereka berdua. Dengan penuh kasih sayang, seperti kebiasaanya sang kakek mengambil bagian kepala ikan tersebut & meletakkan ke piring istrinya.
Sang istri terdiam... Mata nenek tua tersebut mulai berkaca-kaca, dengan terbata-bata berucap: " Lima puluh tahun lamanya aku menjadi istrimu, selama itu aku selalu mengabdikan seluruh hidupku untukmu, suamiku. Betapa lama kalau kita menghitung hari demi hari yang kita lalui. Betapa panjang perjalanan hidup yang kita jalani bersama. Selama lima puluh tahun kau selalu memberikan kasih sayang & semua yang kau miliki. Selama itu pula kau selalu memberikan bagian kepala apabila kita menyantap menu ikan, sungguh hal itu yang paling tidak aku sukai, tetapi aku memakannya karena aku menghormatimu & tidak ingin membuatmu kecewa"

Sang kakek terpana... Dengan suara parau & mata berkaca kakek tersebut berkata: "Lima puluh tahun aku lalui segala rintangan & kebahagian bersamamu, istriku . Dulu aku adalah seorang pemuda miskin yang tak berharta, tetapi engkau bersedia menikah denganku. Sejak saat itu aku telah bersumpah akan selalu membahagiakan engkau, aku akan selalu memberikan yang terbaik yang aku mampu sebagai tanda betapa aku sangat mengasihimu dengan segenap hati. Bagian yang paling aku suka dari masakan ikan adalah bagian kepala, oleh karena itu selalu kuberikan kepadamu karena aku selalu ingin memberikan yang terbaik hanya untukmu. Selama bertahun-tahun kita menikah, selama ini kita hidup bahagia meskipun pada awal pernikahan kita hidup sederhana tetapi engkau tak mengeluh. Aku selalu bekerja keras hanya untuk membahagiakan & memberikan yang terbaik bagimu & anak anak kita. Istriku, selama ini kita saling mengasihi, mencintai tanpa henti, tetapi ternyata kita tidak saling memahami". Betapa sang nenek harus menelan kekecewaan setiap mendapat kepala ikan hanya untuk membahagiakan sang suami. Betapa kakek harus merelakan bagian kepala ikan yang sangat disukai hanya untuk membahagiakan sang istri.

Si nenek selama 50 th sudah melakukan penundukan diri begitu juga si kakek dia sudah mengasihi si nenek, tapi ternyata ada kekecewaan disana.

Bahkan ada istri yang tunduk dengan suami, sampai dia sangat menurut pada suaminya, apa-apa yang suami katakan di lakukan. Tapi suami dengan sangat gemes mengatakan" istriku ga smart, tidak bisa membantu aku dengan ide2 yang cemerlang"

Ada suami yang sangat mengasihi istrinya, sampai-sampai apa-apa yang istrinya inginkan dia berikan, tapi si istri malah kesel "suamiku ga tegas, ga punya pendirian"

Kenapa ? Karena semuanya dengan caranya sendiri, si nenek tunduk dengan caranya sendiri, si kakek juga mengasihi dengan caranya sendiri tanpa memperdulikan pasangannya. Masing2 lupa cari tau atau bertanya pada pasangannya "Apa yang kamu inginkan?"

Jadinya masing-masing menjadi manusia yang sok tau.

Supaya tidak menjadi manusia sok tau, kita lihat apa-apa yang perlu diketahui & dikerjakan hingga dapat menyenangkan kedua belah pihak.

Apa yang Harus Diketahui Istri Mengenai Suaminya
============ ========= ========= ========= =========

Kebutuhan suami yang paling mendasar dalam pernikahan adalah:

a. DIKAGUMI. Suami mengukur harga dirinya melalui apa yang sudah dicapai, besar atau kecil hasil yang dicapai membutuhkan pengakuan dari istrinya. Pengaguman adalah bahan bakar yang dibutuhkan pria untuk lebih maju karena memberikan kekuatan. Tetapi perlu diingat, jangan pernah berpura-pura mengagumi dengan kata-kata pujian. Sebaiknya agar pengaguman istri benar-benar memiliki nilai, pujian itu harus tulus tercermin dalam perasaan yang sesungguhnya.

b. PERLU OTONOMI. Sebagian kebutuhan otonomi adalah memberi ruang untuk suami (kebutuhan untuk menyendiri). Ada istri mengeluh karena suami mereka tidak segera menceritakan hal-hal yang dialami suaminya apabila sampai di rumah sepulang dari kantor. Tanpa menyadari suami ingin membaca koran atau menyiram tanaman atau apapun yang dilakukan lebih dahulu untuk menyegarkan pikiran mereka sebelum memulai bercakap-cakap.

c. KEGIATAN BERSAMA. Seorang pria membangun keintiman dengan cara yang berbeda. Ia membina hubungan dengan melakukan pekerjaan secara bersama-sama. Misalnya bekerja di kebun, melakukan pekerjaan rumah, pergi nonton bersama istrinya. Suami menjadikan istri sebagai teman. Hal ini sangat baik apabila istri ikut dalam kegiatan bersama tersebut.

d. STRUCTURE OTAK PRIA
* Otaknya terkotak-kotak & mampu memilah-milah informasi yang masuk. Di malam hari, setelah seharian penuh beraktivitas, pria bisa menyimpan semuanya di otaknya yang ter kotak-kotak. ==> membuat dia tidak suka curhat, semuanya dapat disimpan dalam kotak2 yang ada

* kemampuan berbicara & bahasa itu bukan kemapuan otak yang kritis. Adanya cuma di otak kiri & tidak ada area yang specific. Jadinya pria cuma bisa menghabiskan 7ribu kata dalam sehari setelah itu dia tidak mood lagi untuk bicara ==> kebayangkan kalau seharian diluar rumah sudah menghabiskan 7000 kata, sampai dirumah tinggal diamnya.

* sedikit sekali jaringan yang menghubungkan otak kiri & kanan. ==> Kalo dia lagi baca koran atau nonton TV, dia tidak bisa dengar apa yang dikatakan istrinya, sebab saat dia baca seketika itu juga dia jadi tuli

"Isteri terpanggil untuk tunduk kepada suami, yaitu menghargai suami, bukan karena kecakapan atau kekayaannya, tetapi sebab dia adalah suami, yang adalah kepala untuk rumah tangga. Dia payung bagi keluarga. Dia yang melindungi & bertanggungjawab atas keluarga,

Bagaimanapun dia adalah manusia yang tidak sempuma, yang perlu. Ditopang, didukung, dihargai, dihormati.

Apa yang Perlu Diketahui Setiap Suami Mengenai Istrinya
============ ========= ========= ========= ========= =======

Kebutuhan istri yang paling mendasar dalam pernikahan adalah

a. DICINTAI. Apa yang dapat dilakukan seorang suami untuk menunjukkan cintanya kepada istrinya? Pikirkan ungkapan "Aku Mencintaimu" . Bagi beberapa pria merasa tidak perlu untuk mengucapkan kata tersebut, tetapi bagi seorang istri butuh (ingin mendengar) ungkapan tersebut dari suaminya.

b. DIMENGERTI. Bagi wanita dimengerti berarti menerima perasaan-perasaanny a, misalnya mendengarkan, memahami & merepleksikan apa yang sedang dipikirkan atau dirasakan oleh pasangan.

c. DIHARGAI. Menghargai istri berarti menghargai & mendukung keputusan-keputusan dalam memenuhi impiannya. Untuk memulainya, jangan berusaha untuk mengubah atau memanipulasinya. Tetapi hormati kebutuhan,keinginan & nilai-nilai serta haknya. Akibat sikap menghargai ini, seorang istri aka lebih bersikap santai & terbuka .

d. STRUCTURE OTAK
* Dalam structure otak wanita, kemampuan untuk berbicara terutama ada dibagian depan otak kiri & sebagian kecil di otak sebelah kanan, wanita bisa bicara 20ribu kata dalam sehari ==> jangan heran kalau wanita senang bicara.

* otak wanita tidak terkotak-kotak, informasi atau masalah yang diterimanya akan terus berputar-putar dalam otaknya, ini nggak akan berhenti sampe dia bisa mencurahkan isi otaknya alias curhat ==> Oleh sebab itu, kalo wanita bicara, tujuannya adalah untuk mengeluarkan uneg-unegnya.

* bisa pakai 2 sisi otaknya secara bersamaan ==> bisa telpon, pada saat memasak, sekaligus gendong anak. Atau dia bisa nyetir, dandan, dengerin radio
& bicara lewat hands-free.

"Suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu. Hiduplah dengan pengertian terhadap perasaannya, sebab wanita biasa main perasaan. Jangan sakiti atau kecewakan perasaannya. Apa yang anda lakukan atau ucapkan, untuk kesalahan yang kecil, itu dapat disimpan lama dalam memorinya

Kesalahan yang Dilakukan oleh Pasangan Suami Istri
============ ========= ========= ========= ========= ==

a. MENGKRITIK. merupakan tindakan yang menyerang kepribadian seseorang, misalnya menyalahkan & membuat sebuah serangan pribadi atau tuduhan. .

b. MEMBELA DIRI. Sering kali merupakan hal yang membabi buta

c. MEMBISU. Membisu seringkali dianggap sebagai usaha agar tidak membuat persoalan semakin buruk. Tetapi tanpa kita sadari membisu adalah tindakan yang sangat berpengaruh. Tindakan tersebut menyatakan suatu penghinaan, sikap dingin & keangkuhan yang bisa membuat pernikahan menjadi rapuh.

Bagaimana dengan BERTENGKAR apakah bukan suatu kesalahan ?

Tidak adanya konflik, dalam rumah tangga bukanlah tanda yang baik bagi pernikahan. Pasangan yang menolak menerima konflik sebagai bagian dari pernikahan akan kehilangan kesempatan untuk mendapat tantangan. Jadi konflik adalah wajar & tidak lagi selalu menggambarkan suatu krisis, melainkan sebuah kesempatan untuk berkembang.

Pertengkaran dalam pernikahan adalah untuk saling mangasah & menanjamkan, membuat 2 pribadi makin bijaksana.

Apa yang dilakukan jika terjadi pertengkaran ?

a.Jangan lari dari pertengkaran.

b. Terangkan masalah dengan jelas. Ketika merasa suasana memanas, mintalah pasangan supaya menjelaskan penyebab pertengkaran tersebut sehingga masing-masing dapat memahami masalahnya.

c. Nyatakan perasaan kita secara langsung. Memberikan tanggapan kepada apa yang dilakukan pasangan jauh lebih baik daripada tidak memberikan tanggapan untuk membela diri terhadap hal yang tidak membawa kemajuan.

Kebahagiaan dalam rumah tangga bukan sesuatu yang datang dengan sendirinya. Tetapi kebahagiaan harus diusahakan oleh kedua belah pihak, bukan dengan saling menuntut atau saling memaksa, tetapi dengan saling memahami, saling memberi atau saling memperhatikan, bahkan saling berkorban. Success di dalam pernikahan bukan meminta atau menuntut pasanganmu menjadi orang yang tepat, tetapi jadilah orang yang tepat untuk pasanganmu.
 

__._,_.___