Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ...
Di antara tanda-tanda kekuasaan Allah,
ialah diciptakannya pasangan-pasanganmu dari jenismu sendiri, agar kamu
cenderung padanya. Dan Allah menjadikan di antara kalian
perasaan tenteram dan kasih sayang. Pada yang demikian ada tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir.
Ketika tiba masa usia aqil baligh, maka perasaan ingin memperhatikan
dan diperhatikan lawan jenis begitu bergejolak. Banyak perasaan aneh dan
bayang-bayang suatu sosok berseliweran tak karuan. Kadang bayang-bayang
itu menjauh tapi kadang terasa amat dekat. Kadang seorang pemuda bisa
bersikap acuh pada bayang-bayang itu tapi kadang terjebak dan menjadi
lumpuh. Perasaan sepi tiba-tiba menyergap ke seluruh ruang hati. Hati
terasa sedih dan hidup terasa hampa. Seakan apa yang dilakukannya jadi
sia-sia. Hidup tidak bergairah. Ada setitik harapan tapi berjuta titik
kekhawatiran justru mendominasi.
Perasaan semakin tak menentu
ketika harapan itu mulai mengarah kepada lawan jenis. Semua yang
dilakukannya jadi serba salah. Sampai kapan hal ini berlangsung?
Jawabnya ada pada pemuda itu sendiri. Kapan ia akan menghentikan semua
ini. Sekarang, hari ini, esok, atau tahun- tahun besok. Semakin panjang
upaya penyelesaian dilakukan yang jelas perasaan sakit dan tertekan
semakin tak terperikan. Sebaliknya semakin cepat / pendek waktu
penyelesaian diupayakan, kebahagiaan & kegairahan hidup segera
dirasakan. Hidup menjadi lebih berarti & segala usahanya terasa
lebih bermakna.
Penyelesaian apa yang dimaksud? Menikah! Ya
menikah adalah alat solusi untuk menghentikan berbagai kehampaan yang
terus mendera. Lantas kapan? Bilakah ia bisa dilaksanakan? Segera!
Segera di sini jelas berbeda dengan tergesa- gesa. Untuk membedakan
antara segera dengan tergesa- gesa, bisa dilihat dari dua cara :
Pertama, tanda-tanda hati. Orang yang mempunyai niat tulus, kata Imam
Ja'far, adalah dia yang hatinya tenang, sebab hati yang tenang terbebas
dari pemikiran mengenai hal-hal yang dilarang, berasal dari upaya
membuat niat murni untuk Allah dalam segala perkara. Kalau menyegerakan
menikah karena niat yang jernih, Insya Allah hati akan merasakan
sakinah, yaitu ketenangan jiwa saat menghadapi masalah-masalah yang
harus diselesaikan. Kita merasa yakin, meskipun harapan &
kekhawatiran meliputi dada. Lain lagi dengan tergesa-gesa. Ketergesaan
ditandai oleh perasaan tidak aman & hati yang diliputi kecemasan
yang memburu.
Kedua, tanda-tanda perumpamaan. Ibarat orang
bikin bubur kacang hijau, ada beberapa bahan yang diperlukan. Bahan
paling pokok adalah gula & kacang hijau. Jika gula & kacang
hijau dimasukkan air kemudian direbus, maka akan didapati kacang hijau
tidak mengembang. Ini namanya tergesa-gesa. Kalau gula baru dimasukkan
setelah kacang hijaunya mekar ini namanya menyegerakan. Tapi kalau lupa,
tidak segera memasukkan gula setelah kacang hijaunya mekar cukup lama
orang akan kehilangan banyak zat gizi yang penting.
Dari Abu
Hurairah r.a, Rasulullah bersabda : "Tiga orang yang selalu diberi
pertolongan Allah adalah seorang mujahid yang selalu memperjuangkan
agama Allah, seorang penulis yang selalu memberi penawar & seorang
yang menikah untuk menjaga kehormatannya" (HR Thabrani)
Banyak
jalan yang dapat menghantarkan orang kepada peminangan & pernikahan.
Banyak sebab yang mendekatkan dua orang yang saling jauh menjadi suami
istri yang penuh barakah & diridhai Allah. Ketika niat sudah mantap
& tekad sudah bulat, persiapkan hati untuk melangkah ke peminangan.
Dianjurkan, memulai lamaran dengan hamdalah & pujian lainnya kepada
Allah SWT. Serta Shalawat kepada Rasul-Nya. Abu Hurairah r.a.
menceritakan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda : "Setiap perkataan
yang tidak dimulai dengan bacaan hamdalah, maka hal itu sedikit
barakahnya (terputus keberkahannya)" HR Abu Daud, Ibnu Majah & Imam
Ahmad.
Setelah peminangan disampaikan, biarlah pihak wanita
& wanita yang bersangkutan untuk mempertimbangkan. Sebagian
memberikan jawaban segera, sebelum kaki bergeser dari tempat
berpijaknya, sebab menikah mendekatkan kepada keselamatan akhirat,
sedang calon yang datang sudah diketahui akhlaqnya, sebagian memerlukan
waktu yang cukup lama untuk bisa memberi kepastian apakah pinangan
diterima atau ditolak, karena pernikahan bukan untuk sehari dua hari.
Apapun, serahkan kepada keluarga wanita untuk memutuskan. Mereka yang
lebih tahu keputusan apa yang terbaik bagi anaknya. Anda harus husnudzan
pada mereka. Bukankah ketika meminang wanita berarti anda mempercayai
wanita yang diharapkan oleh anda beserta keluarganya.
Keputusan
apapun yang mereka berikan, sepanjang didasarkan atas musyawarah yang
lurus, akan baik dan Insya Allah memberi akibat yang baik bagi anda.
Tidak kecewa orang yang istikharah & tidak merugi orang yang
musyawarah. Maka apapun hasil musyawarah, sepanjang dilakukan dengan
baik, akan membuahkan kebaikan. Sebuah keputusan tidak bisa disebut
buruk atau negatif, jika memang didasarkan kepada musyawarah yang
memenuhi syarat, hanya karena tidak memberi kesempatan kepada anda untuk
menjadi anggota keluarga mereka. Jika niat anda memang untuk
silaturrahim, bukankah masih tersedia banyak peluang untuk menyambung?
Anda telah meminangnya dengan hamdalah, anda telah dimampukan datang
oleh Allah Yang Maha Besar. Dia-lah Yang Maha Lebih Besar. Semuanya
kecil. Ada pelajaran yang sangat berharga dari Bilal bin Rabbah tentang
meminang. Ketika ia bersama Abu Ruwaihah menghadap kabilah Khaulan,
Bilal mengemukakan : "Jika pinangan kami anda terima, kami ucapkan
Alhamdulillah. Dan kalau anda menolak, maka kami ucapkan Allahu Akbar."
Maka, kalau pinangan yang anda sampaikan ditolak, agungkan Allah, semoga
anda tetap berbaik sangka kepada Allah & juga kepada keluarganya.
Sebab bisa jadi, penolakan merupakan jalan pensucian jiwa dari
kedzaliman diri sendiri, bisa jadi penolakan merupakan proses untuk
mencapai kematangan, kemantapan & kejernihan niat. Sementara ada
banyak hal yang dapat mengotori niat. Bisa jadi Allah hendak mengangkat
derajat anda, kecuali anda justru malah merendahkan diri sendiri. Tapi
hati perlu diperiksa, jangan-jangan perasaan itu muncul karena ujub.
Kekecewaan, mungkin saja timbul. Barangkali ada perasaan yang perih,
barangkali juga ada yang merasa kehilangan rasa percaya diri saat itu.
Ini merupakan reaksi psikis yang wajar, kecewa adalah perasaan yang
manusiawi, tetapi ia harus diperlakukan dengan cara yang tepat agar ia
tidak menggelincirkan ke jurang kenistaan yang sangat gelap. Kecewa
memang pahit. Orang sering tidak tahan menanggung rasa kecewa, mereka
berusaha membuang jauh-jauh sumber kekecewaan. Sekilas nampak tidak ada
masalah, tetapi setiap saat berada dalam kondisi rawan. Perasaan itu
mudah bangkit lagi dengan rasa sakit yang lebih perih. Dan yang demikian
tidak dikehendaki Islam. Islam menghendaki kekecewaan itu menghilang
perlahan-lahan secara wajar. Sehingga kita bisa mengambil jarak dari
sumber kekecewaan dengan tidak kehilangan obyektivitas & kejernihan
hati, kita menjadi lebih tegar, meskipun proses yang dibutuhkan untuk
menghapus kekecewaan lebih lama.
Kalau anda merasa kecewa,
periksalah niat anda. Dibalik yang dianggap baik, mungkin ada niat yang
tidak lurus. Periksalah motif-motif yang melintas dalam batin. Selama
peminangan hingga saat menunggu jawaban. Kemudian biarkan hati memproses
secara wajar sampai menemukan kembali ketenangan secara mantap.
Tetapi kalau jawaban yang diberikan oleh keluarga wanita sesuai
harapan, berbahagialah sejenak. Bersyukurlah. Insya Allah kesendirian
yang dialami dengan menanggung rasa sepi sebentar lagi akan menghapus
kepenatan selama di luar rumah. Insya Allah sebentar lagi.
Tunggulah beberapa saat. Setelah tiba masanya, halal bagi anda untuk
melakukan apa saja yang menjadi hak anda bersamanya. Akan tiba masanya
anda merasakan kehangatan cintanya. Kehangatan cinta wanita yang telah
mempercayakan kesetiaannya kepada anda. Setelah tiba masanya, halal bagi
anda untuk menemukan pangkuannya ketika anda risau.
Selama
menunggu, ada kesempatan untuk menata hati. Melalui pernikahan Allah
memberikan banyak keindahan & kemuliaan. Wanita boleh menawarkan
Islam memberikan penghormatan yang suci kepada niat & ikhtiar untuk
menikah. Nikah adalah masalah kehormatan agama, bukan sekedar legalisasi
penyaluran kebutuhan biologis dengan lawan jenis. Islam memperbolehkan
kaum wanita untuk menawarkan dirinya kepada laki-laki yang berbudi
luhur, yang ia yakini kehormatan agamanya, dan kejujuran amanahnya
menjadi suaminya. Dan Khadijah r.a atas teladan bagi wanita yang
bermaksud untuk menawarkan diri.
Sikap menawarkan diri
menunjukkan ketinggian akhlaq & kesungguhan untuk mensucikan diri.
Sikap ini lebih dekat kepada ridha Allah & untuk mendapatkan
pahala-Nya, Allah pasti mencatatnya sebagai kemuliaan & mujahadah
yang suci. Tidak peduli tawarannya diterima atau ditolak, terutama kalau
ia tidak mempunyai wali. Insya Allah, jika sikap menawarkan diri
dilakukan dengan ketinggian sopan santun, tidak akan menimbulkan akibat
kecuali yang maslahat. Seorang laki-laki yang memiliki pengetahuan yang
mendalam pasti akan meninggikan penghormatan seperti ini, kecuali
laki-laki yang rendah & tidak memiliki kehormatan, kecuali sekedar
apa yang disangkanya sebagai kebaikan.
Imam Bukhari
menceritakan cerita dari Anas r.a ada seorang wanita yang datang
menawarkan diri kepada Rasulullah SAW dan berkata : "Ya Rasulullah!
Apakah baginda membutuhkan daku?" Putri Anas yang hadir &
mendengarkan perkataan wanita itu mencela sang wanita yang tidak punya
harga diri & rasa malu, "Alangkah sedikitnya rasa malunya, sungguh
memalukan, sungguh memalukan." Anas berkata kepada putrinya : "Dia lebih
baik darimu, Dia senang kepada Rasulullah SAW lalu dia menawarkan
dirinya untuk beliau!" (HR Bukhari)
Wallahu’alam bishshawab, ..
~ o ~