Kamis, 12 April 2012

Mana Ikhwan Untukku?

BLEDERR!! Subhanallah, kaget bukan buatan setelah kubaca pesan singkat di ponsel. Allah, ada yang hendak melamarkuuu! Ini sebuah prestasi, eh (mikir) ya prestasi. Aku baca ulang; hmm, apa ada yang keliru dengan cara ini?

“Mirror mirror on the wall, pantaskah aku mendampinginya?” sedikit gila, aku ngobrol dengan kaca meja rias.

Kenapa mesti ngaca, orang seperti dia tentu melamar perempuan bukan karena fisik, kaca menjawab. Tapi sepertinya itu suara hatiku.

Umar. Nama sahabat Nabi, juga nama sahabatku. Mungkin sama kualitas jika hidup semasa, analisaku saja. Umar—yang kawanku—sejak SMA selalu berprestasi, pikirannya tajam, sikapnya tegas, saleh tentu saja. Dan, posturnya itu… wajahnya itu… astaghfirullaha’azhim. Aku pernah mengaguminya sebelum hijrah. Lalu aku tobat, karena kekagumanku bertepuk sebelah tangan.

Diterima di kampus yang sama, aku dan Umar berbeda fakultas. Jika bertemu tidak saling sapa, tentu saja, kami tidak saling pandang. Tapi aku hapal bayangannya, karena tiga tahun di SMA kami selalu satu kelas.

Tidak ada yang kebetulan. Hari ini, di hapeku, pada sebuah pesan yang kupastikan tak salah kirim, seorang kawan yang lain mengabarkan keinginan Umar melamarku.

Wiwi nama kawanku itu, agak aneh memang. Menggambarkan orangtua yang tidak kreatif, halah! Ia sudah menikah dua tahun lalu, curi start padahal kuliahnya belum lagi kelar. Sekarang kami sarjana, tapi menganggur. Tidak apa, kan ada suami yang menanggung biaya hidup. Prinsip yang salah. Tolong, kembalilah ke topik!

Wiwi, aku, dan Umar satu organisasi, sebuah lembaga dakwah skup terbesar di kampus. Tidak ada yang istimewa dengan persahabatanku dan Wiwi, kecuali bahwa dia menikah dengan kakak sepupuku, dan kami pernah bertengkar gara-gara pada sepupuku itu, kuceritakan kisah Wiwi yang dulu pernah sms-an ganjen dengan ikhwan senior.

Kami saling diam, lalu berbaikan lagi saat lebaran. Bertengkarnya pada dua hari terakhir Ramadhan.

Ke nomor ponselku, Wiwi yang tidak istimewa mengirimkan pesan ajakan ta’aruf dari Umar. Apa lagi yang hendak dikenalkan? Ayolah Umar, bukankah kita sudah saling kenal. Kadang-kadang agresif itu tidak baik, nuraniku angkat bicara.

Hatiku berbunga-bunga. Tombol gulir kuarahkan ke bawah, menuju huruf ‘e’, memanggil seseorang yang kuberi nama ‘em-er’ pada ponsel.

“Assalamu’alaykum. Apa kabar, Mbak? Djkalhf fieoifepi dkajdkajs kugruipgoripogsw…” sebagai orang Indonesia, etika berbasa-basi hukumnya wajib.

… terus berbicara sambil melihat jam, pulsa berlari kejam karena beda operator …

Mbak Em-er adalah penasihat spiritualku, ya kalau berlebihan sebut saja guru ngaji. Teman berbagi masalah yang bertemu muka satu pekan sekali. Kadang-kadang libur juga jika ada acara besar, dan pertemuan dialihkan ke acara besar itu.

“O begitu… umur Ika sekarang berapa?”

“Dua satu, Mbak,” jawabku mantap. Masih muda kan, tapi sudah laku, gila!

“Sayang loh, masih muda banget. Energinya masih bisa disalurkan buat umat.”

“Memangnya kalau sudah nikah nggak bisa ngurusin umat lagi ya, Mbak?” tanyaku lugu.

“Bisa. Tapi harus berbagi dengan suami, anak, rumah… ya kan?”

Kok nanya balik, mana aku tahu. “Jadi gimana, Mbak?”

“Tunda dululah. Lagipula kita punya jalur kok, Ika tunggu saja proposal nikah dari ikhwan lewat Mbak. Insya Allah lebih bisa dipercaya.”

Aku kaget lagi. Benar-benar simalakama. Lantas aku pusing, antara Umar dan Mbak Em-er. Aku cinta keduanya. Apa? Keliru, aku cinta Mbak Em-er. Umar bukan siapa-siapaku, tidak lebih utama dari penasihat spiritual utusan struktur wilayah.

Wiwi ikut kaget mendapat balasan pesan dariku. Lewat telepon, ia khutbah tanpa naskah. Tapi Wiwi hanya tokoh tidak penting, ia marah karena tidak mampu menyenangkan hati Umar. Dan asal tahu saja, Wiwi nikah lewat jalur swasta. Kakak sepupuku, yang shalihnya biasa-biasa saja, langsung datang menemui orangtua Wiwi, tidak lewat ustadz.

***

Sepekan kemudian.

Dasar mimpi, tiga hari berturut-turut Umar hadir di sana. Tapi syukurlah, ketaatanku pada Mbak Em-er mampu meredam keinginan yang menurutku tak pantas itu. Prinsipku, yang baik untuk yang baik. Itu kata Quran, jadi santai saja.

Empat bulan berikutnya.

Tapi, ‘santai’ itu cuma gampang diketik. Kini, setelah dengan pongah kutolak Umar, hatiku hancur lebur jadi puing paling puing. Undangan pernikahan Umar tergeletak manis di meja kamarku. Wiwi dengan sangat girang mengantarkannya, bahkan sampai ke kamar. Dia tentu tahu, malam ini bantal gulingku akan banjir.

Betul kata Quran, yang baik untuk yang baik. Umar menikah dengan seorang akhwat yang kelihatan biasa-biasa saja, tapi aku tahu hapalannya banyak, rajin tahajjud dan puasa sunnah. Jangan tanya dari mana aku tahu, akhwat itu binaanku. Sasi, akhwat yang dari segi fisik bertipe standar, tapi membuatku gentar dan kapok untuk mengevaluasi amalan binaan di akhir kajian. Lagi-lagi Umar melamar anak orang tanpa lewat ustadz atau siapalah yang cukup punya label untuk disegani. Mungkin karena Wiwi dianggap tidak kapabel jadi comblang, Umar datang sendirian menemui orangtua Sasi. Karena orangtua Sasi sudah setuju, binaanku yang dahsyat itu kemudian meneleponku bukan untuk minta restu, tapi sekadar mengabarkan rencana pernikahannya. Oh dunia, kau seperti ibu tiri!

Melihat kenekatan cara Umar, kupikir ia tidak dalam lingkaran pengajian lagi—aku cukup berharap, agar hati ini sedikit terhibur—tapi melihat tamu yang hadir di walimahan sederhana itu, makin retak jantungku. Rupa dan bau mereka familiar semua.

Hari ini, pada ulang tahun ke enam hancurnya hatiku.

Penasihat spiritualku sudah lima kali ganti. Sekarang kajian pekanan diisi oleh Mbak Em-er Lima, tapi aku masih sendiri. Setia menanti janji Em-er memberi ikhwan yang lebih pantas untukku. Kabarnya, biodata yang kuukir-ukir dulu sudah menguning di laci besi milik Kaderisasi.

Kulihat kerut dahi Bunda makin bertambah, apalagi jika keluarga datang silaturahim. Orang-orang tak kreatif itu seperti tak punya bahan selain membahas jodoh.

Bunda seperti orang dapat wangsit, selalu optimis menyiapkan segala hal untuk rumah tanggaku kelak. Beberapa alat dapur yang masih baru beliau tandai dengan inisialku, sebagai jatah karena tak mampu memberi warisan sepetak sawah, tanah, atau rumah seperti di sinetron-sinetron.

Melihat semua itu, baru kusadari; aku kualat.

Enam tahun lalu aku meminta izin pada orang yang bahkan tak ingat berapa usiaku, dan sekarang yang bersangkutan tak bisa dituntut pertanggungjawabannya. Ke mana materi kajian? Aku bahkan lupa untuk shalat istikharah, karena ketaatanku salah tempat. Kesadaran yang mutlak telat, bahwa posisi syariat berada di atas aturan atau AD/ART organisasi mana pun.

Sekarang Umar sudah beranak tiga, sedang aku hanya berharap segera melepas predikat single sebelum berkepala tiga. Tak berani terus terang pada Bunda soal enam tahun lalu, khawatir keijabahan doanya sebagai ibu pudar sebab kecewa.

Menurut teori, seharusnya aku berusaha. Maka ikhtiarku kali ini adalah mendongkrak doa Bunda untukku yang kuyakin selalu ada dalam shalat malamnya. Usia sudah menyurutkan semangatku untuk aktif, termasuk menjemput jodoh—entah dengan cara apa. Terbukti, sekarang aku lebih melow, tidak lucu lagi.

Contohnya pada detik ini, sekompi orang dari pihak Ayah datang ke rumah, ujug-ujug menawarkan beberapa laki-laki kampung mereka untuk dijadikan menantu Ayah-Bunda. Ada yang juragan kambing, tauke sawit, PNS,….

“Tapi ya… mereka nggak jenggotan. Celananya biasa aja, nggak cingkrang. Biarlah, daripada yang jaga masjid itu, jidatnya item tapi makan aja nunggu dikasih warga.”

“Bla.. bla.. bla..”

“Gimana, Ka?” tanya Bunda.

Serrr… Bunda tidak serta merta memberi keputusan, beliau lebih dulu bertanya padaku. Jangankan menjawab, hatiku malah berdarah-darah mengingat kedurhakaanku melangkahi otoritasnya sebagai orangtua.

Selasa, 10 April 2012

CINTA & PERNIKAHAN


Satu hari, Sahabatku bertanya pada gurunya, "Apa itu cinta? Bagaimana saya menemukannya?


Gurunya menjawab, "Ada ladang gandum yang luas didepan sana. Berjalanlah kamu dan tanpa boleh mundur kembali, kemudian ambillah satu saja ranting. Jika kamu menemukan ranting yang kamu anggap paling menakjubkan, artinyakamu telah menemukan cinta".


Sahabatku pun berjalan, dan tidak seberapa lama, dia kembali dengan tangan kosong, tanpa membawa apapun.


Gurunya bertanya, "Mengapa kamu tidak membawa satupun ranting?"


Sahabatku menjawab, "Aku hanya boleh membawa satu saja, dan saat berjalan tidak boleh mundur kembali (berbalik)". Sebenarnya aku telah menemukan yang paling menakjubkan, tapi aku tak tahu apakah ada yang lebih menakjubkan lagi di depan sana, jadi tak kuambil ranting tersebut. Saat kumelanjutkan berjalan lebih jauh lagi, baru kusadari bahwasanya ranting-ranting yang kutemukan kemudian tak sebagus ranting yang tadi, jadi tak kuambil sebatangpun pada akhirnya"


Gurunya kemudian menjawab "Jadi ya itulah cinta"


Di hari yang lain, Sahabatku bertanya lagi pada gurunya, "Apa itu perkawinan? Bagaimana saya bisa menemukannya?"


Gurunya pun menjawab "Ada hutan yang subur didepan saja. Berjalanlah tanpa boleh mundur kembali (menoleh) dan kamu hanya boleh menebang satu pohon saja. Dan tebanglah jika kamu menemukan pohon yang paling tinggi, karena artinya kamu telah menemukan apa itu perkawinan"


Sahabatku pun berjalan, dan tidak seberapa lama, dia kembali dengan membawa pohon. Pohon tersebut bukanlah pohon yang segar subur, dan tidak juga terlalu tinggi. Pohon itu biasa-biasa saja.


Gurunya bertanya, "Mengapa kamu memotong pohon yang seperti itu?"


Sahabatku pun menjawab, "Sebab berdasarkan pengalamanku sebelumnya, setelah menjelajah hampir setengah hutan, ternyata aku kembali dengan tangan kosong. Jadi dikesempatan ini, aku lihat pohon ini, dan kurasa tidaklah buruk-buruk amat, jadi kuputuskan untuk menebangnya dan membawanya kesini. Aku tidak mau menghilangkan kesempatan untuk mendapatkannya"


Gurunya pun kemudian menjawab, "Dan ya itulah perkawinan"


**************************
CATATAN - KECIL :


Cinta itu semakin dicari, maka semakin tidak ditemukan. Cinta adanya di dalam lubuk hati, ketika dapat menahan keinginan dan harapan yang lebih. Ketika pengharapan dan keinginan yang berlebih akan cinta, maka yang didapat adalah kehampaan... tiada sesuatupun yang didapat, dan tidak dapat dimundurkan kembali. Waktu dan masa tidak dapat diputar mundur.


Terimalah cinta apa adanya.


Perkawinan adalah kelanjutan dari Cinta. Adalah proses mendapatkan kesempatan, ketika kamu mencari yang terbaik diantara pilihan yang ada, maka akan mengurangi kesempatan untuk mendapatkannya, Ketika kesempurnaan ingin kau dapatkan, maka sia2lah waktumu dalam mendapatkan perkawinan itu, karena, sebenarnya kesempurnaan itu hampa adanya.


"Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir" (Ar Ruum : 21)


Semoga kita menjadi bagian dari kaum-kaum yang berfikir tersebut.


*****************
Memutuskan Untuk Menikah
Berikut Janji Allah bagi orang yang akan menikah sebagaimana kami kutip dari sebuah sumber di internet. Semoga kita tidak menjadi orang-orang yang ragu untuk menikah.


"Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)"(An Nuur : 26)


Dikatakan, jika kita ingin mendapat jodoh yang baik, maka hal pertama yang harus dilakukan adalah memperbaiki diri. Semoga masing-masing dari kita mendapatkan yang terbaik dari Allah SWT.


"Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (Pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui" (An Nuur: 32).


Amiin.. semoga Allah memberi jalan keluar kepada kita yang berniat menikah atas kesulitan yang tengah kita hadapi (melalui usaha yang maksimal tentunya).


"Ada tiga golongan manusia yang berhak Allah tolong mereka, yaitu seorang mujahid fi sabilillah, seorang hamba yang menebus dirinya supaya merdeka dan seorang yang menikah karena ingin memelihara kehormatannya" (HR. Ahmad 2: 251, Nasaiy, Tirmidzi, Ibnu Majah hadits no. 2518, dan Hakim 2: 160)


Dikatakan, bagi siapa saja yang menikah dengan niat menjaga kesucian dirinya, maka berhak mendapatkan pertolongan dari Allah SWT.


"Barangsiapa yang menikahkan (putrinya) karena silau akan kekayaan lelaki meskipun buruk agama dan akhlaknya, maka tidak akan pernah pernikahan itu dibarakahi-Nya, Siapa yang menikahi seorang wanita karena kedudukannya, Allah akan menambahkan kehinaan kepadanya, Siapa yang menikahinya karena kekayaan, Allah hanya akan memberinya kemiskinan, Siapa yang menikahi wanita karena bagus nasabnya, Allah akan menambahkan kerendahan padanya, Namun siapa yang menikah hanya karena ingin menjaga pandangan dan nafsunya atau karena ingin mempererat kasih sayang, Allah senantiasa memberi barakah dan menambah kebarakahan itu padanya."(HR. Thabrani).


Mari sama-sama kita luruskan niat. Semoga usaha yang tengah kita jalani menuju pernikahan senantiasa mendapat limpahan barokah.

Senin, 09 April 2012

10 TIPS MENJADI SUAMI SUKSES


1. Tampil RAPIH, BERSIH dan WANGILAH untuk istri anda. Kapan terakhir kali kita para suami pergi berbelanja baju yang bagus? Seperti halnya para suami yang ingin istrinya tampil cantik untuknya maka para istri pun sama yaitu ingin suaminya tampil tampan untuk mereka. Ingatlah bahwa Nabi Muhammad SAW selalu menggunakan siwak jika pulang ke rumah dan beliau menyukai wangi-wangian.

2. Gunakan nama PANGGILAN KESAYANGAN khusus untuk istri anda. Nabi Muhammad SAW memberi nama kesayangan untuk istri-istrinya. Gunakan panggilan kesayangan untuk istri anda yang ia sukai dan jangan menggunakan nama panggilan yang bisa melukai perasaannya.

3. Jangan perlakukan dia seperti halnya NYAMUK. Kita tidak pernah memikirkan nyamuk sampai nyamuk tersebut menggigit kita. Dan jangan sampai para suami cuek, membiarkan istrinya seharian penuh dan hanya memberi perhatian ketika istrinya 'menggigit' atau minta diperhatikan. Jangan perlakukan para istri seperti halnya nyamuk; perlakukan mereka dengan baik dan berikan perhatian kepada mereka tanpa harus menunggu 'digigit'.

4. Jika para suami melihat ada yang salah dengan istri mereka, cobalah untuk DIAM dan tidak mengeluarkan komentar. Seperti itulah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW ketika beliau melihat sesuatu yang tidak cocok pada istri-istrinya. Inilah cara yang hanya dikuasai oleh sedikit laki-laki Muslim.
Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata:
Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya wanita itu seperti tulang rusuk. Jika kamu berusaha meluruskannya, maka kamu akan mematahkannya. Tetapi kalau kamu biarkan saja, maka kamu akan menikmatinya dengan tetap dalam keadaan bengkok. (Sahih Muslim : 2669)

5. TERSENYUMLAH ketika anda para suami melihat istri anda dan PELUKLAH mereka dengan rutin. Senyum adalah sedekah bagi tiap Muslim yang melakukannya begitu pun dengan tersenyum kepada istri anda. Bayangkan hidup anda dengan dia yang selalu melihat anda tersenyum. Dan juga ingatlah sebuah hadits ketika Nabi Muhammad SAW mencium istrinya sebelum melaksanakan shalat meski saat itu beliau sedang berpuasa.

6. BERTERIMA KASILHLAH kepada dia atas semua yang dilakukannya untuk anda. Lalu ucapkan terima kasih lagi. Contohnya ketika makan malam. Istri anda sudah memasak, membersihkan rumah dan banyak lagi pekerjaan yang harus ia lakukan. Dan kadang setelah selesai makan malam ucapan yang ia dapatkan adalah bahwa kurangnya garam dalam sop yang dimasak oleh istri anda. Jangan bersikap seperti itu; berterima kasihlah.

7. Minta kepada istri anda untuk MENULISKAN 10 hal terakhir yang anda lakukan untuknya yang bisa MENYENANGKAN dia. Lalu lakukan dan kemudian minta lagi. Mungkin akan sulit jika anda menebak sendiri apa yang bisa menyenangkan istri anda. Anda tidak perlu menebak-nebak, tanyakan kepadanya, lalu lakukan dan ulangi terus sepanjang hidup anda.

8. Jangan anggap tidak penting PERMINTAAN istri anda. Buat istri anda nyaman. Terkadang para suami mungkin terlihat tidak bersemangat ketika istri mereka meminta sesuatu. Nabi Muhammad SAW mencontohkan kepada kita dalam suatu ketika kejadian Safiyyah RA menangis karena beliau menempatkan dia di onta yang lambat jalannya. Lalu beliau sapu air matanya, menghibur dia dan membawakan onta untuknya.

9. BERCANDA dan BERMAINLAH dengan istri anda. Lihat bagaimana Nabi Muhammad SAW sering balap lari dengan istrinya Siti Aisyah RA di gurun. Kapan terakhir kali kita bercanda dan bermain dengan istri kita seperti halnya yang pernah Nabi Muhammad SAW lakukan? Bercanda dengan isteri kita adalah berpahala, seperti halnya bercanda dengan isteri orang bisa berdosa. Nikmatilah yang halal bagimu.

10. Selalu ingat sabda Nabi Muhammad SAW: "Sebaik-baik di antara kamu adalah yang paling baik pada keluarganya dan aku adalah yang paling baik terhadap keluargaku." Cobalah untuk MENJADIi yang TERBAIK.
 Jangan lupa untuk BERDOA kepada Allah SWT agar rumah tangga anda menjadi rumah tangga yang sakinah, mawaddah wa rahmah. Sesungguhnya Allah SWT Maha Tahu apa yang terbaik untuk kita semua.

"ROBBANAA HABLANAA MIN AZWAAJINAA WA DZURRIYYATINAA QURRATA A'YUN WAJ'ALNAA LILMUTTAQIINA IMAAMAA... AMIN" (“Dan orang-orang yang berkata: Ya Tuhan kami, anugerahkan kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertaqwa.” )(QS. al-Furqan: 74)

Bila kita sudah SUKSES membina rumah tangga dan menjadi suami yang baik, insya Allah kita akan makin dekat kepada Allah subhanahu wa ta'alaa, karena rasa CINTA dan KASIH SAYANG kita adalah KEHENDAK dan KARUNIA-NYA.

"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu CENDERUNG dan merasa TENTERAM (SAKINAH) kepadanya, dan DIJADIKAN-NYA di antaramu rasa KASIH dan SAYANG. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat TANDA-TANDA bagi kaum yang BERFIKIR." (QS. 30:21)

PEMICU KONFLIK MERTUA DAN MENANTU


Banyak hal yang membuat hubungan menantu dan mertua retak. Dari semua sebab itu, hal yang sifatnya sederhana kerapkali kita sepelekan. Padahal, berangkat dari sinilah konflik itu terkadang muncul.

Dalam buku Kaifa Taksibana Hamataki yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi “Hidup Rukun dengan Ibu Mertua”, Muhammad al-Qadhi merinci beberapa hal yang menyebabkan retaknya hubungan menantu (terutama ibu) sebagai berikut :

Pertama, menikahi wanita yang tidak disetujui orang tua.

Dalam banyak hal, seorang pemuda sangat ingin menikah dengan perempuan pilihannya sendiri. Baik perempuan pilihannya itu dari kalangan kerabat dekat bapak, ibu, tetangga, maupun rekan dekatnya.

Namun, dengan berbagai alasan, terkadang sang ibu tidak menyetujui perempuan pilihan anaknya itu. Di antara alasannya ialah terdapat persoalan keluarga yang berlarut – larut jika perempuan tersebut masih termasuk familinya; atau jika termasuk anak tetangga, sang ibu tidak ingin menjadi besan keluarga perempuan itu; atau calonnya itu hanya perempuan sederhana dan biasa – biasa saja, hingga ia dianggap tidak layak menjadi istri bagi anaknya.
Pada waktu yang sama, anaknya merasa bahwa perempuan tersebut serasi dengan dirinya. Karena itu, ia menolak untuk tidak menikahi perempuan itu. Sedangkan ibunya tetap enggan mengubah pandangannya terhadap perempuan tersebut.

Ketika sang istri mengetahui sikap ibu mertuanya yang demikian, hal itu cukuplah berbahaya. Ia merasa bahwa ibu mertua menolaknya sehingga terjadilah konflik antara mereka, saling menolak dan saling melawan. Ujungnya bisa ditebak, berkorbarlah api permusuhan antara keduanya.

Permusuhan tersebut tidak akan pernah bisa reda jika masing – masing pihak tidak mengubah pandangan negatifnya. Perselisihan semakin rentan terjadi saat ibu mertua bersikeras menyangka bahwa pandangannya akurat, dan firasatnya yang lebih tajam.

Sementara itu, istri juga bersikukuh menyangka bahwa ibu mertuanya adalah orang yang keras kepala. Ia menganggap, tidak aka nada seorang pun yang sanggup menghadapi sikap ibu mertua yang suka melecehkan dan menghina orang lain, termasuk dirinya. Akhirnya, suami yang terkena batunya, dengan menuai kemalangan.

Kedua, buah hati tak kunjung tiba.

Masalah kesuburan dipandang sebagai masalah yang penting. Hal ini dapat menyebabkan munculnya pertentangan antara istri dan ibu mertua. Ketika istri terlambat memiliki anak beberapa tahun, kerisauan seorang ibu mertua semakin hari semakin bertambah. Hal itu tentunya menyebabkan hubungan antara istri dan ibu mertua agak terganggu.

Ia menganggap menantunya tidak bisa memberikan cucu yang dapat mengisi rumah dengan kegembiraan dan keriangan.
Dari situlah, ibu mertua mulai menyebarkan ‘racun’ pada menantunya dan berusaha keras membujuk anaknya agar menceraikan istrinya yang mandul, kemudian menikah dengan perempuan lain. Karena menurut pandangan beliau, masih banyak perempuan lain yang bisa memenuhi kriterianya.

Tentu, sikap ibu mertua yang seperti itu dapat membuat perasaan sang istri hancur dan terluka sehingga ia akan membenci ibu mertuanya karena dianggap tengah mengharapkan kehancuran rumah tangganya dengan berbagai cara. Ibu mertua dianggap tengah memanfaatkan setiap kesempatan untuk mencapai keinginannya.

Ketiga, tinggal seatap dengan keluarga ipar.

Terkadang ada istri yang tinggal serumah bersama keluarga besar suaminya. Di sana, tinggal juga beberapa keluarga ipar. Mereka semua ditugasi untuk mengurus rumah, baik menyediakan makanan maupun merawat rumah. Walaupun hal tersebut sudah jarang terjadi, namun hal itu masih ada dan merupakan salah satu faktor penyebab timbulnya pertentangan antara ibu mertua dan istri.

Masalah tersebut muncul saat ibu mertua melihat sejumlah istri dari ipar berkumpul di hadapannya. Kemudian ia membandingkan mereka semua. Terkadang ada salah satu istri yang berusaha merusak hubungan antara ibu mertua dan menantu yang lain. Dengan begitu, ia bisa menguasai simpati dan cinta ibu mertuanya sendirian.

Keempat, ibu mertua pelit, istri glamor

Model seperti ini sering terjadi. Di satu sisi, istri begitu boros dalam mengeluarkan hartanya, sedangkan di sisi lain ibu mertua sangat pelit. Terkadang, model seperti ini juga terjadi dalam bentuk yang lain. Sebagai contoh, istri begitu berhemat dalam mengeluarkan hartanya, tapi ibu mertuanya sangat pelit. Bahkan, ibu mertua tidak peduli dengan kondisi menantunya sedikitpun.

Demikianlah, orang yang pelit tidak akan pernah merasa peduli dengan kondisi orang – orang di sekitarnya. Sejumlah istri banyak yang mengalami masalah seperti ini. Ibu mertuanya selalu menghitung pengeluaran menantunya dalam segala hal. Misalnya, sang menantu harus memakai pakaian ini, makan makanan ini, membelanjakan harta suaminya untuk ini dan itu, dan sebagainya.
Kelima, istri menyia-nyiakan kewajiban

Terdapat sejumlah masalah yang timbul antara ibu mertua dan istri. Sebenarnya, penyebab masalah tersebut bertumpu pada satu hal, yaitu kelalaian istri. Terkadang, istri mengabaikan tugasnya merawat rumah, memelihara anak-anaknya, bahkan mengabaikan dirinya sendiri sehingga berdampak pada kondisi emosional suami dan membuatnya tidak betah di rumah.

Padahal ibu bisanya sangat terpengaruh dengan keadaan anak-anaknya. Ia akan bahagia seiring kebahagiaan anak – anaknya dan bersedih karena kesedihan mereka.

Banyak istri yang mengeluh tentang buruknya hubungan antara ia dan ibu mertuanya. Ketika diteliti, disimpulkan bahwa yang menjadi penyebab perselisihan ini adalah pihak istri. Ibu mertua berkata “Menantu saya adalah orang yang teledor. Ia tidak bisa memelihara rumah, suami, dan anak – anaknya. Bahkan, ia juga tidak perhatian terhadap dirinya sendiri. Lalu bagaimana mungkin saya bisa menyukainya, sementara anak saya tidak merasa senang dan tenang tanggal di rumahnya.”

Keenam, pikiran dipenuhi cerita bohong

Sebagian orang percaya terhadap ramalan, baik yang berupa kesialan maupun keberuntungan. Mereka membangun hidup mereka di atas kepercayaan terhadap pikiran – pikiran itu. Terkadang, ibu mertua merasa sial dengan menantunya. Akhirnya, perasaan ini mempengaruhi hubungannya dengan sang menantu.

Sebaliknya juga, terjadi sikap tertentu yang berkaitan dengan keberadaan ibu mertua di rumah anaknya sehingga istri merasa selalu sial. Dengan begitu, hubungannya dengan ibu mertua dibangun berdasarkan pengaruh perasaan itu.

Ketujuh, perbedaan lingkungan dari gaya hidup

Setiap lingkungan memiliki adat dan kebiasaan sendiri. Adat dan kebiasaan ini merefleksikan karakter penduduk lingkungan tersebut. Adat kebiasaan itu membuat setiap individu dalam satu kelompok memiliki karakteristik tertentu yang terkadang tidak dimiliki oleh kelompok lainnya.

Contohnya, masyarakat pedesaan terbiasa melakukan hal yang menjadi tuntutan hidup lingkungannya. Hal tersebut seperti mengurus hewan ternak, memerah susu, dan membersihkan kandang-kandang binatang ternak. Pekerjaan tersebut sesuai dengan karakter masyarakat pedesaan.

Ketika seorang penduduk pedesaan tidak mampu melakukan beberapa pekerjaan tadi dengan sempurna, ia akan diremehkan oleh penduduk lainnya. Menurut masyarakat pedesaan, ia akan dianggap sebagai orang yang gagal karena tidak dapat melakukan tugasnya dengan baik.

Sedang menurut masyarakat perkotaan, pekerjaan-pekerjaan tadi bisa jadi dianggap sebagai sesuatu yang hina dan tercela. Hal ini disebabkan pekerjaan tersebut tidak sesuai dengan karakter dan lingkungan mereka. Oleh karena itu, bila seorang istri dari kota tinggal bersama suaminya di desa, ia tidak bisa melakukan pekerjaan – pekerjaan desa dengan baik. Padahal bagi penduduk desa, pekerjaan tersebut mudah dan ringan untuk dilakukan. Hal itu bukanlah suatu aib bagi istri, melainkan sebuah realitas yang patut dipahami bahwa pengaruh lingkungan sangat berperan dalam pembentukan karakter keluarga. Bahkan, bisa disinyalir bahwa mayoritas persoalan ketegangan hubungan antara istri dan ibu mertua dapat bermula dari perbedaan lingkungan dan gaya hidup tadi.

Delapan, kecantikan istri

Terkadang sebagian orang menganggap aneh perkara ini. Apa hubungan kecantikan perempuan dengan pembahasan ini. Namun, sebenarnya banyak permasalahan antara ibu mertua dan istri yang disebabkan oleh ketidakcantikan istri. Oleh karena itu, ibu mertua tidak senang kepadanya. Ia menganggap bahwa perempuan tersebut tidak layak menikah dengan anaknya. Bahkan, anaknya lebih pantas mendapatkan perempuan yang lebih cantik darinya.

Hal itu tidak akan menjadi masalah kalau sang menantu memiliki karakter yang bagus. Sudah jelek rupa, jelek pula akhlaknya. Mertua pun semakin tidak menyukainya.

Demikian beberapa hal yang bisa meretakkan hubungan antara menantu dan mertua. Karena itu, sebagai lelaki atau perempuan, harap pandai dalam memilah dan memilih calon pasangannya. Bisa menyesuaikan diri dan menyenangkan atau memberi rasa nyaman kedua orang tua. Tentunya, keduanya harus balance, harapan disukai pasangan dan kedua orang tuanya pula.


=========================================================================

Minggu, 08 April 2012

Catatan Tentang Seorang Lelaki...

Seorang lelaki baik sebagai ayah atau suami tak kan ingin melihat anak istrinya menderita
karena yang ia ingin adalah anak istrinya merasa bahagia


Seorang lelaki baik sebagai ayah atau suami tak kan ingin melihat anak istrinya menangis lara
karena yang ia ingin adalah anak istrinya tersenyum ceria


Seorang lelaki baik sebagai ayah atau suami tak kan ingin melihat anak istrinya bersedih
karena jika itu terjadi maka hatinya pun kan terasa perih


Seorang lelaki baik sebagai ayah atau suami tak kan ingin anak istrinya jua merasakan lelah yang menggelayutinya
karena baginya lelah itu bentuk tanggung jawab terhadap anak istrinya


Karena bagi seorang lelaki
baik sebagai ayah atau suami
hadirnya anak istri disisi adalah sumber kekuatan tersendiri
untuknya menahkodai bahtera rumah tangga mengarungi samudera kehidupan ini
menghadapi debur ombak dan badai yang mungkin kan menghampiri
menuju bahagia yang dimimpi


Karena bagi seorang lelaki
baik sebagai ayah atau suami
hadirnya anak istri disisi adalah sumber semangat tersendiri
untuknya terus melangkahkan kaki melewati tangga-tangga ujian hidup ini
mengharap barokah dan keridhoan Ilahi