“Hai orang-orang beriman, tidak halal bagi kamu mewarisi wanita
dengan cara paksa, dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak
mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya,
terkecuali bila mereka melakukan perbuatan keji yang nyata. Dan
bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian jika kamu tidak
menyukai mereka maka bersabarlah, karena mungkin kamu tidak menyukai
sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.”
(An-Nisa: 19)
Menikah adalah fitrah manusia. Rasulullah saw.
menyebut menikah sebagai sunahnya. Bahkan, Nabi berkata, siapa yang
membenci sunahnya, tidak termasuk dalam golongannya.
Setiap kita,
pasangan muslim dan muslimah yang melakukan pernikahan, paham betul
bahwa tujuan menikah yang utama adalah untuk mendapatkan ridha Allah.
Setelah itu untuk mewujudkan keluarga yang sakinah mawahdah wa rahmah
dan meneruskan keturunan dengan memperoleh anak-anak yang saleh dan
salehah. Kita juga menyadari bahwa lembaga keluarga yang kita bentuk
adalah wadah untuk melaku proses perubahan, baik untuk diri kita
sendiri, keluarga, dan masyarakat.
Sepasang suami-istri yang
dipersatukan oleh ikatan pernikahan juga sadar bahwa keluarga adalah
organisasi kecil yang memiliki aturan dalam pengelolaannya. Karena itu,
sepasang suami-istri harus bisa memahami hak dan kewajiban dirinya atas
pasangannya dan anggota keluarga lainnya.
Sepasang suami-istri
dalam berinteraksi di rumah tangga sepatutnya melandasi hubungan mereka
dengan semangat mencari keseimbangan, menegakkan keadilan, menebar kasih
sayang, dan mendahulukan menunaikan kewajiban daripada menuntut hak.
Kewajiban
seorang istri terhadap suaminya adalah pertama, mentaati suami. Namun,
dalam mentaati suami juga ada batasannya. Batasan itu adalah seperti
yang disabdakan Rasulullah saw., “Tidak ada ketaatan terhadap makhluk
untuk bermaksiat kepada Allah, Sang Pencipta.”
Kewajiban seorang
istri terhadap suami yang kedua adalah menjaga kehormatan dirinya,
suami, dan harta keluarga. Ketiga, mengatur rumah tangga. Keempat,
mendidik anak-anak. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan
Muslim, Rasulullah saw. bersabda, “Wanita adalah pengasuh dan pendidik
di rumah suami, dan bertanggung jawab atas asuhannya.” Keluarga adalah
prioritas seorang istri, meski tidak ada larangan baginya untuk
melakukan peran sosialnya di masyarakat seperti berdakwah, misalnya.
Dan kewajiban lain seorang istri kepada suaminya adalah berbuat baik kepada keluarga suami.
Sedangkan
kewajiban seorang suami kepada istrinya adalah pertama, membayar mahar
dengan sempurna. Kedua, memberi nafkah. Rasulullah saw. bersabda,
“Takutlah kepada Allah dalam memperlakukan wanita, karena kamu mengambil
mereka dengan amanat Allah dan kamu halalkan kemaluan mereka dengan
kalimat Allah; dan kewajiban kamu adalah memberi nafkah dan pakaian
kepada mereka dengan baik.”
Ketiga, suami wajib memberi
perlindungan kepada istrinya. Keempat, melindungi istri dari siksa api
neraka. Ini perintah Allah swt., “Hai orang-orang yang beriman,
selamatkan dirimu dan keluargamu dari api neraka.”
Kewajiban keempat, mempergauli istri dengan baik. Allah berfirman, “Dan pergaulilah mereka dengan cara yang baik.” (An-Nisa: 19)
Rasulullah saw. bersabda, “Orang mukmin yang paling sempurna imannya
adalah yang paling baik akhlaknya; dan sebaik-baik kalian adalah yang
paling baik terhadap istrinya.” (Tirmidzi)
Muasyarah bil ma’ruf
Di
ayat 19 surat An-Nisa di atas, Allah swt. menggunakan redaksi
“muasyarah bil ma’ruf”. Makna kata “muasyarah” adalah bercampur dan
bersahabat. Karena mendapat tambahan frase “bil ma’ruf”, maknanya
semakin dalam. Ibnu Katsir dalam tafsirnya menulis makna “muasyarah bil
ma’ruf” dengan “perbaikilah ucapan, perbuatan, penampilan sesuai dengan
kemampuanmu sebagaimana kamu menginginkan dari mereka (pasanganmu), maka
lakukanlah untuk mereka.”
Sedangkan Imam Qurthubi dalam tafsirnya
menerangkan makna “muasyarah bil ma’ruf” dengan kalimat, “Pergaulilah
istri kalian sebagaimana perintah Allah dengan cara yang baik, yaitu
dengan memenuhi hak-haknya berupa mahar dan nafkah, tidak bermuka masam
tanpa sebab, baik dalam ucapan (tidak kasar) maupun tidak cenderung
dengan istri-istri yang lain.”
Adapun Tafsir Al-Manar menerangkan
makna ”muasyarah bil ma’ruf” dengan kalimat, “Wajib atas orang beriman
berbuat baik terhadap istri mereka, menggauli dengan cara yang baik,
memberi mahar dan tidak menyakiti baik ucapan maupun perbuatan, dan
tidak bermuka masam dalam setiap perjumpaan, karena semua itu
bertentangan dalam pergaulan yang baik dalam keluarga.”
Di antara
bentuk perlakuan yang baik adalah melapangkan nafkah, meminta pendapat
dalam urusan rumah tangga, menutup aib istri, menjaga penampilan, dan
membantu tugas-tugas istri di rumah.
Salah satu hikmah Allah swt.
mewajibkan seorang suami ber-muasyarah bil ma’ruf kepada istrinya adalah
agar pasangan suami-istri itu mendapatkan kebahagiaan dan ketenangan
dalam hidup. Karena itu, para ulama menetapkan hukum melakukan
“muasyarah bil ma’ruf” sebagai kewajiban yang harus dilakukan oleh para
suami agar mendapatkan kebaikan dalam rumah tangga.
Karena itu,
para suami yang mendambakan kebaikan dalam rumah tangganya perlu
mendalami tabiat perempuan secara umum dan tabiat istrinya secara
khusus. Jika menemukan ada sesuatu yang dibenci dalam diri istri, demi
kebaikan keluarga temukan lebih banyak kebaikan-kebaikannya. Suami juga
harus tahu apa perannya dalam rumah tangga. Dan, jangan pernah
mencelakan istri dengan kekerasan, baik secara fisik maupun mental.
Ketika seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah saw.,” Apa hak istri
terhadap suaminya?” Rasulullah saw. menjawab, “Memberi makan apa yang
kamu makan , memberi pakaian apa yang kamu pakai, tidak menampar
mukanya, tidak membencinya serta tidak boleh memboikotnya.”
Bagaimana
jika timbul perselisihan? Cekcok antara suami-istri adalah hal yang
manusiawi. Jika Rasulullah saw. memberi toleransi waktu tiga hari bagi
dua orang muslim saling mendiamkan satu sama lain, alangkah baiknya jika
suami-istri saling mendiamkan di pagi hari, di malam harinya sudah bisa
saling senyum lagi. Kenapa?
Sebab, pasangan suami-istri muslim
dan muslimah paham betul bahwa perselisihan mereka adalah gangguan
Iblis. Rasulullah saw. pernah menerangkan kepada para sahabat,
“Sesungguhnya Iblis meletakkan singgasananya di atas air, kemudian dia
mengirim pasukannya, maka yang paling dekat kepadanya, dialah yang
paling besar fitnahnya. Lalu datanglah salah seorang dari mereka seraya
berkata: aku telah melakukan ini dan itu, Iblis menjawab, kamu belum
melakukan apa-apa. Kemudian datang lagi yang lain melapor, aku
mendatangi seorang lelaki dan tidak akan membiarkan dia, hingga aku
menceraikan antara dia dan istrinya, lalu Iblis mendekat seraya berkata,
“Sangat bagus kerjamu” (Muslim)
Begitulah, Iblis menjadikan
menceraikan pasangan suami-istri sebagai prestasi tertinggi tentaranya.
Karena itu, Islam mencegah perbuatan yang bisa menyebabkan perselisihan
suami-istri. Karena itu, jika cekcok dengan pasangan hidup Anda, segera
selesaikan masalahnya. Upayakan selesaikan masalah rumah tangga sendiri.
Jangan menghadirkan pihak ketiga. Jika belum selesai juga, hadirkan
seseorang yang bisa menjadi hakim yang bisa diterima kedua belah pihak.
Seiring
dengan panjangnya perjalanan waktu dan lika-liku kehidupan, kadang
ikatan pernikahan mengkendur. Karena itu, perkuat lagi ikatan itu dengan
mengingat-ingat kembali tujuan pernikahan. Bangun komunikasi yang
positif. Komunikasi adalah kunci keharmonisan. Karena itu, pahami betul
cara berkomunikasi pasangan Anda. Dan, hidupkan syuro dalam keluarga.
Bahkan untuk urusan kecil sekalipun perlu dibicarakan bersama. Insya
Allah, Allah swt. akan memberi kebaikan yang banyak dalam keluarga Anda.
Amin.
Dalam kehidupan sehari-hari, banyak dijumpai
pasangan suami istri yang terjebak dalam konflik berkepanjangan, hanya
karena sebab yang sepele dan remeh. Mereka tidak mampu mengungkapkan
keinginan dan perasaan secara lancar kepada pasangannya, yang berdampak
muncul salah paham dan memicu emosi serta kemarahan pasangan. Ini
menunjukkan adanya komunikasi yang tidak lancar, sehingga berpotensi
merusak suasana hubungan antara suami dengan istri.
Ternyata,
komunikasi memiliki peran yang sangat penting dalam menciptakan
keharmonisan kehidupan rumah tangga. Gagal berkomunikasi bisa mengancam
keutuhan sebuah keluarga, bahkan sampai ke tingkat perceraian.
Sebenarnya apakah maksud komunikasi, dan bagaimana agar bisa
berkomunikasi secara efektif kepada pasangan?
Makna Komunikasi
Komunikasi
adalah aktivitas menyampaikan apa yang ada dalam pikiran, konsep yang
kita miliki dan keinginan atau perasaan yang ingin kita sampaikan pada
orang lain. Komunikasi juga bermakna sebagai seni mempengaruhi orang
lain untuk memperoleh apa yang kita inginkan. (B S Wibowo, 2002).
Yang
dimaksud dengan komunikasi efektif adalah sebuah bentuk komunikasi
dimana pesan yang disampaikan berhasil mencapai sasaran dengan feedback (respon)
yang sesuai dengan tujuan. Jika suami menghendaki “Aku ingin dibuatkan
teh panas manis”, maka istri mengerti persis setingkat apa panasnya dan
seperti apa tingkat kemanisannya. Jika istri membuatkan kopi pahit, maka
jelas ini bentuk komunikasi yang terdistorsi secara berlebihan.
Jika
istri menghendaki, “Aku ingin engkau perhatikan”, maka suami mengerti
persis bentuk perhatian seperti apa yang diinginkan istri dan
menyenangkan hati istri. Jika suami justru pergi meninggalkan rumah
dengan marah, ini menandakan proses komunikasi yang terlalu jauh
menyimpang.
Pondasi Utama
Jauh sebelum
berpikir tentang upaya membangun komunikasi efektif, hal yang pertama
kali harus dimiliki adalah menciptakan visi keluarga yang jelas. Suami
dan istri harus memiliki cita-cita besar (vision) yang terang benderang,
dan menjadi sebuah ikatan moral yang kokoh untuk diwujudkan dalam
kehidupan. Visi inilah yang akan menuntun arah perjalanan kehidupan
keluarga agar tidak menyimpang dan tidak berbalik arah.
Visi
keluarga adalah surga. Ingin mendapatkan kebahagiaan kehidupan di dunia
dan kebahagiaan hidup di akhirat. Mendapatkan surga dunia dalam rumah
tangga, dan mendapatkan surga akhirat di taman keabadian yang
dijanjikan-Nya. Inilah visi yang sangat kokoh, yang mengikat kehidupan
keluarga menuju kepada muara yang sangat jelas dan indah.
Dengan
visi ini, suami dan istri akan selalu berusaha membahagiakan
pasangannya. Selalu berusaha untuk menciptakan keluarga yang bahagia,
dan bersama masuk surga.
10 Prinsip Komunikasi Efektif
Ada
banyak orang berkomunikasi, namun tidak mendapatkan tanggapan seperti
yang diharapkan. Ternyata pesan tidak sampai kepada pasangan, atau pesan
sampai kepada pasangan tetapi dengan terdistorsi. Dampaknya komunikasi
tidak pernah nyambung dan masing-masing merasa tidak nyaman dalam
berkomunikasi. Hal ini akan mengakibatkan kemalasan dalam komunikasi dan
memilih pasif.
Agar komunikasi antara suami dan istri bisa efektif, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh kedua belah pihak:
- Mengetahui ragam komunikasi, dari berbicara, menulis, hingga menyampaikan pesan lewat berbagai media
- Bersikap empati. Memposisikan diri Anda pada situasi perasaan dan pikiran yang sedang dialami pasangan.
- Fleksibel,
komunikasi kadang memerlukan suasana dan gaya serius, namun ada kalanya
lebih efektif menggunakan suasana dan gaya yang santai
- Memahami bahasa nonverbal. Kadang ekspresi wajah dan bahasa tubuh pasangan Anda sudah mengisyaratkan sesuatu pesan
- Jadilah pendengar yang baik. Jangan menguasai komunikasi dengan terlalu banyak bicara dan tidak mau mendengar
- Egaliter, hilangkan sekat pembatas antara Anda dengan pasangan yang menghalangi kehangatan komunikasi
- Hindarkan kalimat dan gaya yang menyakiti hati pasangan, atau menyinggung perasaannya
- Sampaikan pesan dengan lembut dan bijak. Jangan berlaku kasar dalam komunikasi
- Gunakan bahasa dan media yang tepat, sesuai dengan situasi dan kondisi saat melakukan komunikasi
- Pilih waktu, suasana dan tempat yang tepat untuk mendukung kelancaran berkomunikasi.
Demikianlah
sepuluh prinsip komunikasi efektif antara suami dan istri. Semoga kita
semua mampu menciptakan keluarga yang sakinah, mawaddah dan rahmah.
Aamiin.
Dalam
kehidupan sehari-hari, sering kita menemukan banyak suami yang heran
dengan sikap dan perilaku istrinya. Menurut para suami, istri mereka
terlalu banyak bicara. Ungkapan seperti ini sering didengar oleh para
konselor keluarga:
“Istri saya itu orangnya aneh banget. Maunya ngomong terus, hal-hal yang tidak penting saja diomongkan”, kata seorang suami.
“Istri
saya itu orangnya sangat cerewet. Semua dikomentari, seakan tidak ada
hal yang benar dari diri saya”, kata suami yang lain.
“Saya heran, apa tidak sebaiknya dia itu diam saja, tidak usah banyak bicara”, ujar suami yang lain.
Apa yang Sebenarnya Terjadi?
Sebenarnya
para suami hanya kurang memahami dan mengerti karakter umum perempuan.
Ada hal yang membuat lelaki dan perempuan memang berbeda, karena
memiliki susunan otak yang tidak sama. Allan dan Barbara Pease
menceritakan bahwa kebanyakan perempuan memiliki susunan otak yang
membuatnya bisa menang berbicara dan menang mengomel dibanding semua
lelaki. Bagian otak perempuan yang digunakan untuk berbicara dan
berbahasa lebih banyak dibanding pada otak laki-laki.
Hal ini
membuat dua sudut pandang yang berbeda. Di mata perempuan, laki-laki
tampak tidak banyak bicara. Sedangkan di mata laki-laki, perempuan
tampak tidak bisa diam. Menurut kaum perempuan, laki-laki banyak diam
sampai hal-hal penting saja tidak dibicarakan. Menurut laki-laki, para
perempuan terlalu banyak bicara, sampai hal-hal yang tidak penting pun
diomongkan.
Otak perempuan memiliki susunan yang memungkinkannya
memiliki kemampuan “jalur majemuk”. Perempuan bisa bermain lempar empat
atau lima bola sekaligus. Perempuan dapat menjalankan program komputer
sambil berbicara di telepon dan mendengarkan pembicaraan kedua yang
berlangsung di belakangnya; sambil minum secangkir teh hangat.
Perempuan
dapat berbicara mengenai beberapa hal yang tidak berhubungan dalam satu
percakapan, dan menggunakan lima jenis suara untuk mengganti pokok
pembicaraan atau memberi tekanan pada suatu hal tertentu. Laki-laki
hanya mampu mendengarkan tiga dari banyak suara tersebut, sehingga
laki-laki sering kehilangan alur cerita pada waktu mendengarkan
perempuan berbicara.
Perempuan Sulit Berbicara To The Point
Dengan struktur otak yang “jalur majemuk” tersebut, rata-rata kaum perempuan sulit berbicara to the point. Pembicaraannya selalu berkembang, sebagaimana tampak dalam percakapan antara Dewa dengan istrinya, Ratih.
Dewa: Apakah Desy akan datang pada agenda liburan Tahun Baru besok?
Ratih:
Desy bilang kemungkinan akan datang, tergantung kondisi order kue yang
sekarang tengah menurun karena situasi ekonomi yang tengah labil.
Sedangkan Ratna mungkin tidak datang karena Arya harus periksa ke dokter
spesialis. Katanya Bambang tengah kehilangan pekerjaan, jadi dia sedang
berusaha mencari pekerjaan baru, dan Sony tidak mendapatkan izin cuti.
Bosnya ketat sekali. Desy bahkan mungkin datang lebih awal, supaya bisa
mempersiapkan acara dan berbelanja berbagai keperluan, termasuk
membelikan kado bagi pernikahan Ema. Mungkin sebaiknya kita nanti
mengantar Desy untuk……”
Dewa: Apakah itu artinya “datang” atau “tidak”?
Ratih:
Iya, tapi juga masih tergantung dengan kondisi Diana, apakah mobilnya
bisa dipinjam atau tidak, karena semenjak mobil barunya dipakai Erik,
Diana selalu mengeluhkan mobilnya yang tua dan sering masuk bengkel…..
Bla bla bla…”
Dewa merasa hanya bertanya sebuah pertanyaan
sederhana, dan mestinya bisa dijawab ringkas dengan “datang” atau “tidak
datang”. Bukankah sekadar bertanya, “Apakah Desy akan datang pada acara
pertemuan keluarga besok?” Mengapa jawabannya begitu panjang dan
menghubungkan dengan banyak orang serta banyak kondisi yang tidak
ditanyakan?
Yang ditanyakan Dewa hanya soal Desy, namun Ratih
menjawab dengan menyebut tujuh nama orang lainnya, dengan beraneka topik
yang menyertainya.
Laki-laki Suka Berbicara To The Point
Sementara
otak laki-laki tersusun dalam bentuk “jalur tunggal”. Rata-rata kaum
lelaki hanya bisa memusatkan perhatian pada satu hal pada satu saat.
Jika seorang perempuan mengajak bicara laki-laki yang tengah menyetir
mobil di jalan melingkar, jalan keluar akan terlewatkan olehnya, dan
laki-laki ini akan menyalahkan perempuan karena berbicara.
Jika
laki-laki tengah melaksanakan satu pekerjaan di kantor, ia tidak mau
diganggu dengan diajak mengobrol. Begitu mengobrol, maka pekerjaan
ditinggalkan. Bahkan saat menerima telepon, laki-laki cenderung mencari
tempat yang sepi karena tidak mau diganggu suara lainnya.
Konon,
banyak perempuan yang merasa bahwa hanya merekalah satu-satunya orang
dewasa yang berpikiran sehat dalam keluarga. Mereka merasa, suami mereka
berkelakuan seperti anak-anak. Sementara kaum laki-laki menganggap
istri mereka tidak bisa diajak diskusi ilmiah dan rasional, sehingga
kadang suami merasa malu jika mendengar istrinya berbicara di depan
orang banyak.
Dengan struktur otak yang “jalur tunggal” tersebut, menyebabkan rata-rata laki-laki lebih suka berbicara to the point. Jika ditanya satu pertanyaan, akan memberikan satu jawaban. Perhatikan dialog Dewa dengan Ratih berikut:
Ratih: Kamu tadi dari mana sih?
Dewa: Dari kantor.
Ratih: Kok pulangnya terlambat?
Dewa: Masih ada kerjaan.
Ratih: Kamu capek sayang?
Dewa: Biasalah…
Ratih: Mau aku buatkan teh panas?
Dewa: Boleh.
Sangat
berbeda bukan, bagaimana cara menjawab pertanyaan? Jika Ratih ditanya
satu pertanyaan, jawabannya bisa dua puluh empat poin. Sedangkan jika
dewa ditanya satu pertanyaan, jawabannya juga hanya satu poin. Lelaki
suka menjawab “ya” dan “tidak” secara ringkas. Perempuan suka menjawab
dengan mengembangkan jawaban.
Ini semua natural dan normal. Jangan
saling heran dengan pasangan Anda. Mengerti titik-titik perbedaan
membuat suami dan istri semakin bisa menerima satu dengan yang lainnya.
Tidak saling menyalahkan, tidak saling menjelekkan, namun berusaha
selalu lebih mendekat kepada pasangan. Tidak perlu membesar-besarkan
perbedaan.
Jadi, jika istri Anda cerewet, itu normal. Memang
begitulah Tuhan memberikan kemampuan pada kaum perempuan. Kecerdasan
linguistik kaum perempuan lebih tinggi dibanding lelaki, kosa kata kaum
perempuan lebih banyak daripada lelaki. Itulah sebabnya perempuan sering
disebut cerewet. Namun dengan kecerewetannya itu pulalah Tuhan
mengajari anak-anak kita pandai berbicara, maka syukuri kecerewetan
istri Anda.
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh
Bila seorang wanita itu menangis di hadapanmu, itu bererti dia tak dapat menahannya lagi.
Bila kamu memegang tangannya saat dia menangis, dia akan tinggal bersamamu sepanjang hidupmu.
Bila kamu membiarkannya pergi, dia tidak akan pernah kembali lagi menjadi dirinya yang dulu.
Selamanya…. Seorang wanita tidak akan menangis dengan mudah, Kecuali di depan orang yang amat dia sayangi.
Dia menjadi lemah. Seorang wanita tidak akan menangis dengan mudah,
hanya jika dia sangat menyayangimu, tiada lagi rasa egonya.
Lelaki, bila seorang wanita pernah menangis kerana dirimu, tolong pegang
tangannya dengan pengertian. Dia adalah orang yang akan tetap bersamamu
sepanjang hidupmu.
Lelaki, Bila seorang wanita menangis
keranamu. Tolong jangan mempersiakannya. Mungkin kerana keputusanmu, kau
merosakkan kehidupannya. Saat dia menangis di depanmu, Saat dia
menangis keranamu,lihatlah matanya…. dapatkah kau lihat dan rasakan
sakit yang dirasakannya?
Fikirkan…. Wanita mana lagi yang akan menangis dengan murni, penuh rasa sayang, di depanmu dan kerana dirimu..
Dia menangis bukan kerana dia lemah, dia menangis bukan kerana dia menginginkan simpati atau rasa kasihan.
Dia menangis, kerana menangis dengan diam-diam sudah tidak mampu bagi dirinya.
Lelaki, fikirkanlah tentang hal itu. Bila seorang wanita menangisi hatinya untukmu, dan semuanya kerana dirimu.
Inilah waktunya untuk melihat apa yang telah kau lakukan untuknya.
Hanya kau yang tahu jawabannya.. Pertimbangkanlah, kerana suatu hari
nanti mungkin akan terlambat untuk menyesal, mungkin akan terlambat
untuk mohon ‘MAAF’!!
Jaga dan cintailah ia sewaktu ia takut
dan sendiri,Hapuslah air matanya, ketika ia merintih dan menangis,
Buatlah ia tersenyum, di saat ia bersedih dan kecewa.
Rasakanlah kesedihannya, ketika ia berduka dan janganlah kau membuat
hatinya hancur dan terluka,karena pada suatu saat nanti engkau akan
sadar, betapa pentingnya ia saat ia telah pergi dari hatimu untuk
selamanya.
Aku tidak menyangka dengan getaran hati ini
perasaan yang begitu menggebu di dada
dari hati yang paling dalam
aneh rasanya saat dia di hadapanku aku terasa biasa
namun jika dia sudah menghilang
wajahnya selalu menggelayut dalam ingatanku
ohhh tidak….
aku jatuh hati lagi…
ya Rabb…tolong hambamu ini
agar aku tidak terjerumus dalam kemaksiatan lagi
aku tetap menunggu
di waktu yang tepat
semoga doa indahku didengar olehNya
karena Dialah yang Maha Mengetahui segalanya
apa yang terbaik untuk diriku…
Cintakah yang membuatnya begitu?
Menutup aurat dengan rapi dan indah dipandang hati?!
Cintakah yang membuatnya begitu?
Memberdayakan apapun yang dimiliki untuk membangun ranah ini?!
Cintakah yang membuatnya begitu?
Mengikrarkan diri untuk mengabdikan profesi untuk kemaslahatan umat ini?!
Cintakah yang membuatnya begitu?
Mengemis banyak hati untuk bersedia mendengarkan walau sebentar saja?!
Cintakah yang membuatnya begitu?
Berjalan peluh untuk mencapai daerah demi menyampaikan satu AyatNya?!
Namun,
Cinta jugakah yang membuatnya begitu?
Berlari pergi hanya karena takut ditinggal sang idaman hati?!
— dalam ingatan kepada seorang ukhti yang memutuskan ‘pergi’
Ketika hari kemarin…
telah berlabuh dua hati dan menjadi takdir ikatan suci…
hadirkan cinta yang berembun pagi kesejukan
cinta bertabur bintang malam kesunyian
pada hari-hari yang terlewati… dengan cinta dan rindu
Hingga aku pun tak tahu
di mana lagi harus aku letakkan rindu yang semakin menyesakkan ruang hatiku
Ketika hari ini…
ketidaksempurnaan pastikan ada
tampak pada garis-garis halus dinding istana kita…
tetap menjadi sandaran bagi jiwa dan hati nan lemah
dengan cinta dan rindu…
Hakikatnya cinta yang tetap menyatu
akan terus membangun di atas pondasi kekokohan
ke manapun… di manapun…
Akan selalu ku tulis rindu di atas angin
agar berhembus menerpamu
Ketika hari esok…
hanya pada Illahi kepasrahan bertepi…
seperti mentari yang menjanjikan terangnya
seperti melati yang menjanjikan harumnya
seperti taman bunga yang selalu memberi indah setiap waktu
cakrawala yang mencengkeram hati yang tetap pada cinta dan rindu
aku pun tahu…
akhir sebuah rindu adalah misteri yang disematkan pada sela waktu
digoreskan pada dinding nurani bernuansa pelangi
hadirkan sensasi biru ataupun kelabu
bagi kita yang merasakannya.
Dengan ridhaNya selalu… hari kemarin, hari ini dan hari esok tetap dalam cinta dan rindu
Aku terlanjur mencintaimu…
Kala debar jantung belum berdetak,
Kala helaan napas belum terhembus,
Kala denyut nadi belum teraba,
Kala ruh belum tertiup…
Aku terlanjur mencintaimu…
Jauh sebelum elok rupamu terbayang,
Jauh sebelum tatap bertemu,
Jauh sebelum raga berjumpa,
Bahkan jauh sebelum kutahu akan kehadiranmu…
Aku terlanjur mencintaimu…
Melalui bait-bait doa yang terpanjat,
Melalui kilauan asa yang tergantung,
Melalui warna-warni mimpi yang terlukis…
Aku terlanjur mencintaimu…
Walau sadar atas berat yang menanti,
Lemah yang bertambah-tambah,
Sakit yang kan mendera,
Dan walau tak mudah serta penuh juang,
Bahkan walau hidup harus kupertaruhkan…
Aku terlanjur mencintaimu…
Dalam penantian panjang untuk hadirmu,
Dalam kerinduan perjumpaan denganmu,
Dalam harap kehadiranmu dalam dekapku,
Wahai calon buah hatiku…
Wahai permata jiwaku…
Wahai Ananda yang menyiapkan mahkota cahaya untukku…
Memang aku terlanjur mencintaimu,
Karna cintaku pada Rabb-ku…