♥ Bismillahirrahmaanirrahim ♥
Jika kamu memberinya RUMAH maka ia akan memberimu KEHANGATAN dalam rumahmu..
Jika kamu memberinya BERAS ia akan mengembalikan NASI untukmu..
Jika kamu memberinya CINTA ia akan memberimu PENGABDIAN seumur hidupnya..
Tapi jika kau memberinya HINAAN atau PENGKHIANATAN ia akan memberimu DO'A dalam AIRMATA kepedihannya..
Dan itu berarti siapkan dirimu untuk berjuta KEMALANGAN..
Jika kemarin kamu BERDO'A dan yakin bahwa dialah TULANG RUSUKMU..
Maka terimalah dia bukan sebagai WANITA yang SEMPURNA..
Melainkan sebagai WANITA yang TERBAIK dari TUHAN..
Bukanlah dia yang tidak pernah BERBUAT SALAH tapi dia yang selalu
BERKATA MAAF untuk setiap KESALAHANNYA dan ia yang punya SEJUTA MAAF
untuk KESALAHANMU..
Ia yang menerima MASA LALUMU dan yang siap MERANCANG MASA DEPANNYA bersamamu..
Ia yang selalu CEMAS dan HILANG AKAL ketika kamu TAK MEMBERINYA KABAR..
Jika dulu SIFAT MANJANYA membuatmu TERTAWA LUCU..
CEMBURUNYA berarti SAYANG..
AIRMATANYA bisa MENYAYAT HATIMU..
Tapi sekarang semuanya itu jadi ALASAN kamu MELEPASKANNYA..
Maka MERENUNGLAH sejenak..
Mengapa WANITA tercipta dari TULANG RUSUK PRIA..
Bukan dari TULANG KEPALA karena WANITA bukan untuk MEMIMPIN PRIA..
Bukan dari TULANG KAKI karena WANITA bukan ALAS KAKI PRIA..
WANITA tercipta dari TULANG RUSUK PRIA karena dekat dengan HATI..
Agar WANITA menjadi PENDAMPING PENJAGA HATI..
Karena WANITA akan terlelap dalam DEKAPAN PRIA..
Karena WANITA tahu dari sana dia BERASAL..
Bismillahirrah maanirrahim
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Kisah ini menceritakan sepasang suami istri yang memiliki tujuh orang
anak. Suatu hari, suaminya melihat sang istri sedang menangis sambil
memasak makanan.
Melihat hal itu, suami bertanya, ''Wahai Istriku, apa yang terjadi denganmu? Apa yang membuatmu menangis?''
''Aku menangis karena merasa
sangat lelah dalam mengurus keluarga dan melakukan semua pekerjaan
rumah,” sahutnya. ''Aku mengurus tujuh anak kita dengan berbagai tabiat
mereka. Aku harus menyediakan makanan, membereskan rumah, mencuci baju
yang sangat banyak. Aku bekerja 24 jam sehari. Rasanya, aku tidak
sanggup lagi untuk melakukan semua ini.''
Sang suami tersenyum. ''Apa yang harus aku lakukan?'' tanyanya.
''Tolong carikan aku budak perempuan yang dapat membantuku mengurus semuanya.''
''Tentu saja, aku akan mencarikannya. Tapi, tolong dengarkan aku
sebentar saja,'' kata sang suami sambil membelai istrinya dengan penuh
kasih sayang.
''Allah senantiasa membantu hamba-Nya yang tidak
pernah berputus asa dan ikhlas dalam mengerjakan apa pun yang mengandung
kebaikan. Kau adalah seorang istri yang sangat sabar dalam menjaga
keluargamu, seorang ibu yang menjadi teladan bagi ketujuh anakmu, dan
menjadi pendampingku yang salihah dengan beratnya tugas-tugasmu. Aku
bisa saja mencarikan seorang Pembantu untuk meringankan pekerjaanmu.
Namun, jika kau tetap mengerjakan semua kebaikan itu untuk keluarga kita
maka Allah akan menghapus semua salah dan dosamu.'' Ujar suaminya.
Sang suami kemudian berkata lagi, ''Istriku yang salihah, perempuan
yang tidak pernah lelah menjaga keluarganya dan ikhlas dengan apa yang
dilakukannya, Allah akan menetapkan setiap butiran keringatnya menjadi
kebaikan yang dapat melebur keburukannya sekaligus mengangkat
derajatnya.''
Sang Suami membelai Istrinya yang masih terisak
menahan malu, lalu diajaknya duduk santai di ruang dapur mungil yang
sangat sederhana itu, lalu Sang Suami melanjutkan nasehatnya,
'' coba ingat kembali Wasiat Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam
kepada Fatimah putri Beliau, yang dipersunting Ali Bin Abi Thalib yang
sangat miskin, yang ketika itu juga sedang mengeluh kepada Ayahnya
Rasulullah karena tangannya yang dulunya halus kini berubah menjadi
kasar dan lecet-lecet karena setiap hari harus menumbuk gandum sendiri,
mengolah dan memasaknya. Ada 10 WASIAT Beliau kepada Putrinya :
1.Wahai Fatimah ! Sesungguhnya wanita yang membuat tepung untuk suami
dan anak-anaknya, kelak Allah akan tetapkan baginya kebaikan dari setiap
biji gandum yang diadonnya, dan juga Allah akan melebur kejelekan serta
meningkatkan derajatnya.
2.Wahai Fatimah ! Sesungguhnya wanita
yang berkeringat ketika menumbuk tepung untuk suami dan anak-anaknya,
niscaya Allah akan menjadikan antara neraka dan dirinya tujuh tabir
pemisah.
3.Wahai Fatimah ! Sesungguhnya wanita yang meminyaki
rambut anak-anaknya lalu menyisirnya dan kemudian mencuci pakaiannya,
maka Allah akan tetapkan pahala baginya seperti pahala memberi makan
seribu orang yang kelaparan dan memberi pakaian seribu orang yang
telanjang.
4.Wahai Fatimah ! Sesungguhnya wanita yang membantu
kebutuhan tetangga-tetang ganya, maka Allah akan membantunya untuk dapat
meminum Telaga Kautsar pada hari kiamat nanti.
5.Wahai Fatimah
! Yang lebih utama dari seluruh keutamaan di atas adalah keridhaan
suami terhadap istri. Andaikata suamimu tidak ridha kepadamu,maka aku
tidak akan mendoakanmu. Ketahuilah Fatimah, Kemarahan suami adalah
kemurkaan Allah.
6.Wahai Fatimah ! Disaat seorang wanita hamil,
maka malaikat memohonkan ampunan baginya, dan Allah tetapkan baginya
setiap hari seribu kebaikan, serta melebur seribu kejelakan. Ketika
seorang wanita merasa sakit akan melahirkan, maka Allah tetapkan pahala
baginya sama dengan pahala para Pejuang Allah. Disaat seorang wanita
melahirkan kandungannya, maka bersihlah dosa-dosanya seperti ketika dia
dilahirkan dari kandungan ibunya. Disaat seorang wanita meninggal karena
melahirkan, maka dia tidak akan membawa dosa sedikit pun, didalam kubur
akan mendapat taman yang indah yang merupakan bagian dari taman surga.
Allah memberikan padanya pahala yang sama dengan pahala seribu orang
yang melaksanakan ibadah haji dan umrah, dan seribu malaikat memohonkan
ampunan baginya hingga hari kiamat.
7.Wahai Fatimah! Disaat
seorang istri melayani suaminya selama sehari semalam, dengan rasa
senang dan ikhlas, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya serta
memakaikan pakaian padanya dihari kiamat berupa pakaian yang serba
hijau, dan menetapkan baginya setiap rambut pada tubuhnya seribu
kebaikan. Allahpun akan memberikan kepadanya pahala seratus kali ibadah
haji dan umrah.
8.Wahai Fatimah! Disaat seorang istri tersenyum dihadapan suaminya, maka Allah akan memandangnya dengan pandangan penuh kasih.
9.Wahai Fatimah! Disaat seorang istri membentangkan alas tidur untuk
suaminya dengan rasa senang hati, maka para malaikat yang memanggil dari
langit menyeru wanita itu agar menyaksikan pahala amalnya, dan Allah
mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan yang akan datang.
10.Wahai Fatimah! Disaat seorang wanita meminyaki kepala suami dan
menyisirnya, meminyaki jenggotnya dan memotong kumisnya serta
kuku-kukunya, maka Allah akan memberi minuman yang dikemas indah
kepadanya, yang didatangkan dari sungai-sungai surga. Allah pun akan
mempermudah sakaratul maut baginya, serta menjadikan kuburnya bagian
dari taman surga. Allah pun menetapkan baginya bebas dari siksa neraka
serta dapat melintasi shirathal mustaqim dengan selamat.
Istrinya pun menangis karena merasa malu. Sejak itu, dia tak pernah lagi mengeluh.
Subhaanallah, wasiat ini merupakan mutiara termahal nilainya, khususnya bagi setiap istri yang mendambakan kesalehan.
Betapa Agung dan Mulianya Posisi Wanita dalam rumah tangga ketia ia rela dan ikhlas menjalani Fitrahnya sebagai seorang Istri.
Wallahu’alam bishshawab.
Semoga bermanfaat dan dapat diambil hikmahnya...
Salam santun ukhuwah penuh cinta...
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Tidak semua air mata berarti duka..
Terkadang kita menangis karena bahagia yang tak dapat dilukiskan dengan kata..
Air mata yang menetes karena perasaan bahagia adalah air mata yang mencerminkan ketulusan.
Ketulusan apapun yang kita terima dan ketulusan apapun yang kita berikan..
Sungguh air mata seperti ini sangat indah terukir di hati..
Terkadang air mata adalah salah satu cara bagaimana berbicara ketika
bibir tak mampu menjelaskan apa yang membuat hati kita berbunga..
Menangislah jika itu mampu menuangkan luahan rasa,namun jangan lupa
ucap syukur kepada Allah dengan senantiasa mengagungkan Asma-Nya..
Karena atas ridha Allah pula bahagia menyapa..
Sesungguhnya tangisan kepada Allah seraya bersujud kepada-Nya bukan hanya di waktu duka..
Karena di saat bahagia pun hendaknya kita selalu ingat kepada-Nya..
Itulah tanda syukur seorang hamba kepada Sang Penciptanya..
Semoga Allah mencurahkan segala rahmat-Nya kepada insan yang tak lupa kepada-Nya baik di waktu suka maupun duka..
Subhanallah..Alhamdulillah..(◡‿◡✿)
Silahkan dishare.Salam santun erat silaturrahim dan ukhuwah fillah.
Akhirnya saat itu tiba. Dari dua masa yang berbeda. Dari dua sejarah yang berbeda. Dari dua isi kepala yang berbeda. Dipertemukan Allah pada titik itu, untuk sebuah perjalanan bersama. Ya, dari titik itu: ijab qabul.
Dari titik itu aku belajar untuk menerima masa lalumu, apapun itu. Lalu menerima sebuah kenyataan bahwa, semua itu telah berlalu, tak bisa diubah dan telah mewarnai hidupmu. Tentang masa lalu itu, dari titik itu aku mengikhlaskannya untuk menjadi masa lalumu. Maka ikhlaskan pula masa laluku. Tak perlu kita buka kembali luka atau dosa. Biarkan kita menjadikan taubat sebagai pembersih, maaf sebagai obat dan doa sebagai penyembuh. “Tidaklah Allah memberikan tambahan kemuliaan kepada seorang hamba yang suka memaafkan, melainkan kemuliaan” (HR Muslim)
Tapi kau harus tetap bercerita dirimu dulu, agar aku memahami alasan yang tak tampak dari wujud-wujud watak dan perilaku yang kau tampakkan. Ya, bukankah sejarah selalu membuat kita belajar untuk mendapatkan hikmah. Mendapatkan pengertian atas berbagai peristiwa, lalu menjadikan diri waspada untuk tak mengulangi kesalahan yang sama. Dan aku pun akan perlahan-lahan bercerita padamu, tentang masa laluku. Masa yang membentuk selera, kebiasaan, ketakutan dan harapanku. Aku tak mau menebak-nebak, mari bicara saja dengan penuh pengertian, perlahan-lahan.
Titik itu bernama ijab qabul. Hanya berlangsung beberapa menit, namun atsarnya menggetarkan jiwa, mengguncang arsy Allah. Dari titik itu kita bertolak menuju buku catatan baru yang berjudul pernikahan. Buku yang kelak akan dibuka dan dipertanggungjawabkan saat yaumil hisab tiba. Lalu kita masing-masing akan menghadap Allah untuk mempertanggungjawabkan apa yang telah kita lakukan saat berdua mengarungi bahtera rumahtangga.
Titik itu bernama ijab qabul. Kau mengikrarkan sumpah di hadapan Allah, bersaksi atas nama Allah, dan mengikhlaskan diri untuk sepaket tanggungjawab atas konsekuensi sumpah itu. Kau bilang tanganmu dingin dan jantungmu berdegup kencang, aku juga sama. Aku bahkan menangis dan merasa lunglai mendengarkan kata demi kata, saat kau mengucapkan ijab, lalu waliku mengabulkannya, dan penghulu dan para saksi mengucapkan “sah”.
Aku masih mengingatnya, rasanya luar biasa. Aku merasakan getaran yang aneh di jiwa, membayangkan bahwa Allah menjadi saksi setiap detik kejadian saat itu. Ya, di hadapan Allah, dengan Nama Allah. Dalam penglihatan, pendengaran dan pengetahuan Allah, kita telah membuat sumpah. Setiap kali mengingatnya, aku merasakan energi baru yang luar biasa. Kita beserta Allah. Allah beserta kita. Bukankah kita meniatkan pernikahan ini sebagai ibadah pada Allah. Berikhtiar menjaga prosesnya agar mendapatkan keberkahan dan ridha dari Allah. Ya, mengingat kembali bahwa kita berusaha menikah di jalan Allah, membuat hatiku tenteram adanya. Mengingatnya membuat keyakinan begitu mencengkeram jiwa, menggeser semua keraguan, kecemasan dan kekhawatiran yang tadinya ada. Bukankah kelemahan kita bersandar pada Kemahakuasaan Allah?
Aku tahu, pernikahan ini akan membawa kita pada konsekuensi yang tak mudah. Tapi bukankah kini kita telah diikat dengan tali Allah menjadi sebuah tim yang bernama suami istri. Ya, dari titik itu kita telah menjadi sebuah tim, untuk bersama melipatgandakan energi dan kekuatan agar menjadi orang-orang yang mendapatkan pertolongan Allah. Bukankah dengan pertolongan Allah, semua yang mustahil akan menjadi mudah?
Maka dari titik itu, aku berpikir bahwa mencintaimu bukan hal lagi yang mustahil. Dari titik itu, aku meminta pada Allah yang menciptakan cinta dan kasih sayang, jadikan aku mencintaimu karena Allah. Saat melangkah menuju pelaminan, setiap langkah aku meminta pada Allah agar menumbuhkan cinta dalam hatiku, cinta yang ikhlas padamu karena Allah. Dan saat aku mencium tanganmu, dan malu-malu memandang kedua matamu. Dadaku berdegup kencang, aku merasa saat itu aku telah jatuh cinta padamu. Ya, suamiku… aku mencintaimu. Engkau adalah jodohku. Laki-laki yang dipilihkan Allah untuk menjadi jodohku.
Titik itu membawa kita pada sepaket peran dan tanggungjawab baru. Sebagai suami, istri, menantu, ipar, orang tua dan anggota masyarakat. Ya, seketika itu juga. Dan kita tak punya pilihan untuk mengatakan tidak, tak punya pilihan untuk menolak; karena kita telah menerimanya. Maka hari-hari setelah itu adalah perjuangan untuk menjadikan jiwa ikhlas menjalankan semua peran dan kewajiban. Melapangkan dada dengan kesabaran. Memenuhi jiwa dengan keyakinan, harapan dan cinta yang penuh pada Allah. Lalu bersyukur bahwa Allah telah mempertemukan kita untuk berjuang bersama menggapai ridha-Nya.
Aku sadar bahwa dari titik itu aku harus tumbuh bersamamu, memperbaiki kualitas hubungan kemanusiaan kita. Kita berdua harus sama-sama berusaha jujur, lurus, ridha dan saling menasihati dengan ma’ruf. Kualitas kebersamaan kita, akan menentukan kualitas anak-anak kita, keluarga kita. Karena kita hanya manusia, maka mari bekerja sama.
Hanya dengan cinta, keikhlasan, kesabaran dan rasa syukur yang membuat pernikahan ini menjadi bahagia. Cinta, ikhlas, sabar dan syukur adalah jiwa dari setiap amal. Tanpa cinta, ketaatan hanya akan beban. Tanpa ikhlas, amal hanya jadi penggugur tugas, tak berbobot di hadapan Allah. Tanpa kesabaran, amal akan cacat, tak tuntas sempurna. Tanpa syukur, setiap pencapaian dari amal tak akan berbekas di hati, dan jiwa akan terus lapar dengan ambisi yang tak ada habisnya.
Dari titik itu, mari kita bergandengan tangan. Setia meniti setiap jalan perjuangan. Menghadapi semua tantangan dengan ikhlas. Saling mengingatkan dengan sebaik-baik cara, agar kelalaian tak membuat kita keluar dari jalan kebenaran. Mari berjalan berdampingan, tidak saling meninggalkan. Saat kau ingin mempercepat langkah, bantu aku untuk mengetahui bagaimana caranya. Saat kau lelah, mari bersama memperbaiki cadangan energi jiwa kita.
Dari titik itu, aku tahu cinta kita bermakna. Karena ia adalah energi untuk melejitkan kebaikan jiwa, memancarkan energi kebaikannya pada semesta. Keberkahan cinta, yang menjadikan manfaatnya dirasakan seluruh makhluk. Keridhaan Allah atas cinta kita, menjadikan jejaknya terus terukir melalui amal shalih anak keturunan kita. Ya, selama kita masih setia memelihara kesucian cinta. Cinta yang berawal dan berakhir pada Allah.
Dari titik itu, aku tahu kita harus terus berusaha. Memperbaiki cara kita mencintai Allah, agar Allah menunjukkan jalan-jalan untuk menyempurnakan jiwa kita dalam saling mencintai. “Suamiku, sungguh aku mencintaimu karena Allah”.