Sering bertengkar dengan istri atau
sering bertengkar dengan suami? Konflik Dalam Rumah Tangga dan
Solusinya, Konflik dalam rumah tanggan pemicu perceraian, maka di
sini To-Sidrap.Com akan berikan solusinya. Masih sering bertengkar
dengan pasangan ranjangnya? Simak artikel berikut : Konflik di dalam
rumah tangga muncul akibat berbagai macam masalah yang terjadi
diantara suami istri. Masalah-masalah di dalam rumah tangga yang bisa
memicu konflik biasanya terjadi akibat adanya ketidakseimbangan di
dalam pemenuhan kebutuhan rumah tangga yang sifatnya urgent. Dan
apabila kebutuhan ini tidak bisa terpenuhi, seringnya penyikapan dari
salah satu pasangan akan selalu berujung negatif, sehingga akan
menciptakan sebuah konflik di dalam kehidupan rumah tangganya.
Solusi Jika Sering Bertengkar Dengan
Suami Istri
Masalah-masalah dalam pemicu konflik
atau sering bertengkar itu adalah:
1. Masalah Finansial atau Keuangan
keluarga
Menurut saya ini adalah masalah pemicu
konflik yang paling besar yang umumnya melanda pada pasangan suami
istri dalam kehidupan rumah tangganya. Suami pengangguran atau di
PHK, suami memiliki gaji kecil sehingga tidak bisa memenuhi semua
kebutuhan keluarganya, memiliki banyak hutang yang sudah lama belum
bisa terbayar, gaji istri lebih besar daripada suami, dan
masalah-masalah lainnya yang menyangkut dalam hal keuangan inilah
sumber pemicu konflik pertama yang menjadikan ketegangan diantara
pasangan suami istri. Pasangan suami istri yang tidak siap dengan
kondisi seperti ini biasanya akan selalu bertengkar dan saling
menyalahkan, mungkin bisa jadi akan berujung kepada perceraian, atau
salah satu dari pasangan kabur dari rumah dan meninggalkan
keluarganya begitu saja.
Beberapa solusi dari Masalah Finansial
atau Keuangan keluarga ini diantaranya adalah:
Hal yang harus diperhatikan para
pria sebelum menikah adalah memantapkan kondisi finansial terlebih
dulu. Ini bukan berarti kita harus memiliki semuanya, tapi dengan
kesiapan kondisi keuangan akan memudahkan kita dalam menjalani
kehidupan rumah tangga yang notabene sangat membutuhkan banyak sekali
pengeluaran uang.
Hendaknya anda sudah bekerja atau
memiliki penghasilan sendiri sebelum menikah.
Hendaknya suami bisa mengantisipasi
segala kemungkinan yang ada apabila suatu saat dirinya di PHK dari
pekerjaaanya. Menabung untuk membangun bisnis sendiri adalah solusi
pertama yang bisa dicoba. Tidak mungkin kan kita sampai tua bekerja
terus menjadi karyawan?
Hendaknya suami terus berusaha
walau bagaimanapun hasilnya untuk selalu bekerja dan menghasilkan
uang. Ini adalah untuk menutup pintu fitnah dari bahaya laten suami
pengangguran alias benalu dalam keluarga.
Peran istri sangat mendukung dalam
masalah ini. Apabila mengetahui kondisi suami yang baru saja di PHK
atau usaha yang sedang dirintisnya mengalami kebangkrutan, jangan
sekali-kali bersikap antipati dan mencibirnya. Berusahalah sabar dan
menerima keadaan, teruslah menyemangati suami agar tetap berusaha dan
mencari pekerjaan atau menumbuhkan kembali semangat wirausahanya.
Biasanya konflik terjadi akibat istri yang terlalu menuntut dan tidak
sabar dalam menghadapi kondisi suaminya, mungkin berbeda halnya
apabila suami memang cuek dan tidak mau berusaha dengan keras untuk
bekerja.
2. Masalah Sex dan Keturunan
Masalah kedua yang bisa menjadi pemicu
prahara dalam rumah tangga adalah ketika salah satu pasangan tidak
bisa atau kurang dalam memenuhi kebutuhan seksualnya. Jangan pernah
menganggap remeh masalah ini. Banyak sekali konflik yang terjadi
akibat masalah ini. Suami yang impoten, suami atau istri yang mandul,
suami yang terkena ejakulasi dini dan tidak bisa lama dalam memuaskan
istrinya, atau sebaliknya istrinya yang hyper sex dan selalu merasa
kurang, dan masih banyak masalah sex lainya yang bisa menjadi pemicu
konflik dalam rumah tangga. Efek dari masalah ini adalah terjadinya
perselingkuhan, mencari kepuasan dengan “jajan” di luar, pisah
ranjang hingga perceraian. Saya rasa masalah ini tidak memandang kaya
dan miskin, ketika salah satu pasangan tidak bisa memberikan kepuasan
sebagaimana mestinya maka dipastikan akan terjadi perang dingin dalam
rumah tangga. Untuk itulah sekali lagi jangan pernah menganggap remeh
masalah ini.
Beberapa solusi dari Masalah Sex dan
Keturunan ini diantara adalah:
Menjalin komunikasi yang baik
diantara suami istri. Jangan selalu memendam kekecewaan dalam hati.
Kemukakanlah kekurangan anda kepada pasangan anda. Apakah itu suami
yang ejakulasi dini, atau istri yang selalu belum mencapai orgasme
ketika berhubungan dan yang lainnya. Intinya jangan malu untuk terus
terang dengan pasangan anda. Mungkin anda ingin mencoba variasi seks
gaya baru, maka utarakanlah hal itu terhadap pasangan anda. Selama
itu aman dan dalam konteks yang diperbolehkan kesehatan dan agama,
maka silakan untuk mengkondisikannya dengan pasangan anda.
Konsultasikan dengan dokter pribadi
anda, khususnya kepada dokter yang menangani masalah kelamin. Mungkin
dokter akan memberikan solusi dan obatnya apabila memang itu sebuah
penyakit yang disembuhkan. Jangan khawatir, setiap penyakit itu ada
obatnya.
Untuk masalah pasangan yang sudah
lama belum diberikan keturunan. Saya rasa ini hanya masalah waktu
saja. Tidak ada yang menjamin bahwa seseorang tidak akan mempunyai
anak. Sebagai muslim tentunya kita percaya bahwa ada Allah yang
menentukan segalanya. Jadi saya sarankan untuk selalu berdo’a dan
berusaha.
Mungkin cukup dua masalah saja yang
akan saya angkat dalam postingan kali ini. Dua pokok masalah ini
memang seakan menjadi momok yang menakutkan bagi pasangan suami istri
dalam menjalani kehidupan rumah tangganya. Tapi jangan khawatir, jika
anda bisa menghadapinya dengan bijak, maka ketakutan itu tidak akan
terjadi.
Nah itulah artikel tentang Solusi Jika
Sering Bertengkar Dengan Suami Istri yang bersumber :
http://themenworlds.com/2012/04/09/konflik-dalam-rumah-tangga-dan-solusinya
!!!===================!!!
Ketika Suami Istri Suka Bertengkar,
Mengingat suami dan istri punya cara berpikir, kebiasaan, dan juga
gaya komunikasi tertentu yang berbeda dengan pasangannya maka
pertengkaran merupakan hal yang sangat normal dalam kehidupan
pernikahan. Adanya pertengkaran juga menunjukkan bahwa proses
penyesuaian diri sedang berlangsung dan masih ada komunikasi di
antara suami dan istri.
Cukup banyak pasangan yang mengaku
bahwa mereka bertengkar hebat hanya gara-gara hal sepele. Namun, bila
pertengkaran sudah menjadi rutinitas sehari-hari, diwarnai oleh
kata-kata kasar, menyebabkan macetnya komunikasi, dan berakhir dengan
saling menyakiti maka sudah saatnya untuk mencari solusinya. Bila
dibiarkan berlarut-larut, pertengkaran semacam ini akan menutupi rasa
cinta Anda kepada pasangan dengan kemarahan, kekecewaan, dan dendam
yang mendalam.
Solusi dari masalah di atas di
antaranya sebagai berikut.
a. Umumnya, pertengkaran yang sering
terjadi disebabkan oleh masalah yang ‘itu-itu’ saja. Pemicunya
bisa berupa hal kecil, namun inti permasalahannya tetap sama dan
belum juga menemukan pemecahan. Bahkan, kadang menimbulkan perang
dingin karena kedua belah pihak merasa benar dan gengsi untuk mulai
berbaikan kembali. Kecuali jika pasangan Anda seorang cenayang, sulit
untuk memahami perasaan dan isi pikiran Anda jika membisu.
Sebaliknya, jika pasangan yang membisu, coba bujuk ia agar bicara.
Anda perlu menemukan isu utama di balik masalah yang terjadi.
Sebenarnya, itu semua karena komunikasi yang kurang lancar, kurang
ada keterbukaan mengenai keinginan serta batasan masing-masing.
Wanita cenderung lebih sensitif dan tidak membicarakan langsung pokok
masalah. Adapun pria cenderung bicara straight to the point.
Oleh karena itu, coba gali inti masalah
yang ingin Anda bahas bersama pasangan. Batasi pembicaraan hanya
untuk masalah itu agar tidak berbelit-belit ketika membicarakan dan
merampungkan sebuah masalah. Sebaliknya, coba dengarkan dan pahami
juga pandangan pasangan Anda terhadap masalah tersebut. Jangan
mempertahankan gengsi dan ego masing-masing.
b. Salah satu kelemahan utama dari
pasangan yang hobi bertengkar adalah kurangnya kesediaan untuk
mendengarkan pasangan. Masing-masing lebih sibuk memikirkan apa yang
akan diucapkan untuk “melawan” perkataan pasangannya. Akibatnya,
suami dan istri semakin keras mengungkapkan pendapatnya karena merasa
tidak didengar. Dalam kondisi kesal dan marah, Anda mungkin cenderung
melihat satu kesalahan pasangan sebagai sesuatu yang meluas, kemudian
muncul ucapan-ucapan tertentu, seperti, “Suami tidak bertanggung
jawab, lebih baik kita cerai saja!” Atau, “Kamu sama keras
kepalanya dengan ibumu!” Ucapan-ucapan seperti itu bisa merupakan
pemicu pertengkaran hebat dan bahkan kekerasan fisik.
Bila pasangan mulai naik darah dan
menyinggung kesalahan Anda pada masa lalu, sedapat mungkin hindari
melakukan hal yang sama karena cara ini justru akan membesarkan api
amarahnya. Abaikan saja kemarahan pasangan. Dengan bersikap tenang
dan tidak berkomentar, biasanya kemarahan pasangan lebih cepat reda.
Tetaplah hanya membicarakan isu yang sedang dibahas. Bila situasi
sangat memanas, lebih baik Anda berdua break sejenak untuk
menenangkan diri dan meneruskan pembicaraan saat Anda berdua sesudah
lebih tenang.
c. Salman Al-Farisi r.a. meriwayatkan
bahwa suatu ketika Fatimah r.ha. berkunjung kepada Rasulullah. Ketika
Rasulullah saw melihatnya, kedua mata Fatimah mencucurkan air mata,
dan raut mukanya berubah. Nabi saw bertanya, “Mengapa engkau, wahai
anakku?” Fatimah r.ha. menjawab, “Ya Rasulullah, tadi malam aku
dan Ali bergurau, dan telah timbul percakapan yang menyebabkan dia
marah kepadaku karena kata-kata yang terlontar dari mulutku. Ketika
aku melihat bahwa dia (Ali) marah, aku menyesal dan merasa susah. Aku
berkata kepadanya, “Hai kekasihku, kesayanganku, relakanlah akan
kesalahanku, seraya aku mengelilinginya dan merayunya sebanyak tujuh
puluh dua kali sehingga dia menjadi rela dan tertawa kepadaku dengan
segala kerelaannya, sedang aku tetap merasa takut kepada Tuhanku.”
Rasulullah bersabda kepada Fatimah r.a., “Wahai anakku, demi Dzat
yang telah mengutusku sebagai nabi dengan agama yang haq,
sesungguhnya sekiranya engkau mati sebelum Ali merelakanmu maka aku
tidak akan menshalati mayatmu.” Kemudian beliau bersabda lagi,
“Wahai anakku, tidakkah engkau mengetahui bahwa kerelaan seorang
suami itu merupakan kerelaan Allah dan kemarahan seorang suami itu
merupakan murka Allah.”
d. Banyak pasangan yang percaya bahwa
pemecahan masalah harus dilakukan sampai tuntas, sebelum tidur.
Jadilah mereka berdebat atau bertengkar sampai pagi. Padahal,
beberapa jam kemudian mereka harus segera berangkat kerja. Bila
suasana hati sudah semakin “panas”, sebaiknya hentikan dulu
pembicaraan Anda dan pasangan. Tunggu beberapa waktu, atau bahkan
beberapa hari untuk kemudian kembali duduk bersama dan mencoba
membahas masalah ini. Pada saat seperti ini, komunikasi yang efektif
dapt lebih mudah diraih dengan perasaan yang sudah “dingin”.
Rasulullah saw pernah bertanya kepada para sahabatnya, “Maukah
kuberitahukan kepadamu, bekal istrimu di surga?” Para sahabat
menjawab, “Ya, wahai Rasulullah.” Beliau bersabda, “Yaitu
setiap istri yang penuh kasih sayang dan banyak anak (subur) dan bila
ia marah atau diganggu atau dimarahi oleh suaminya, lalu ia
menyerahkan dirinya dan berkata, “Inilah tanganku terserah
kepadamu, aku tidak akan dapat tidur sehingga engkau rela kepadaku.”
(H.R. Thabrani)
e. Jika marah pasangan Anda telah
mereda, ajaklah ia bicara, duduklah berdua. Carilah tempat se-enjoy
mungkin untuk Anda dan pasangan. Lakukan “open talk”, bicara
terbuka dari hati ke hati. Bicaralah setepat dan sehati-hatinya agar
tak kembali memancing konflik. Tanyakan harapan dan keinginannya,
mengapa ia marah, mengapa begini, mengapa begitu. Lakukan dengan
sabar dan lembut. Saat Anda open talk, jangan libatkan hati terlalu
banyak. Sebab yang muncul hanyalah “pembenaran” diri dan egoisme
individu yang tinggi. Apalagi dalam keadaan marah.
f. Jika konflik telah mereda, mintalah
maaf kepada pasangan. Setiap pertengkaran selalu menyisakan emosi
negatif bagi kedua pasangan. Semakin sering Anda bertengkar, semakin
banyaklah tumpukan “racun hati” ini. Jadi, sangat disarankan
untuk saling meminta maaf setelah pertengkaran usai. Bila masih
terasa sulit untuk mengomunikasikan kata maaf secara terbuka,
tunjukkan melalui sikap yang manis dan tindakan yang menyenangkan
pasangan sebagai simbol permintaan maaf dan usaha untuk mengembalikan
kehangatan hubungan. Memang memaafkan tidak selalu mudah, tetapi
banyak kebaikan yang dapat dituai bila kita mau memaafkan. Sebagai
mana dicontohkan Rasulullah saw, “Memaafkan atau meminta maaf
memiliki banyak kebaikan. Memaafkan merupakan sikap para penghuni
surga.” Sebagaimana firman Allah, “Dan bersegeralah kamu kepada
ampunan dari Rabb-mu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan
bumi, yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. (Yaitu)
orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik pada waktu lapang
maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan
kesalahan orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.”
(Q.S. Ali Imran [3]: 133-134)
g. Jadi, tak ada ruginya memaafkan
orang lain. Apalagi orang lain itu adalah belahan jiwa Anda. Ingatlah
saat-saat indah Anda, saat menjemputnya ke pelaminan, saat-saat mesra
bersamanya, kebaikannya, juga bakti dan kasih sayangnya. Semoga itu
mampu melumerkan ketegangan yang tengah terjadi, melembutkan
kemarahan di dada. Bisa juga suami mendinginkan kemarahan istri
dengan mesra, seperti yang dilakukan Rasulullah. Nabi saw biasa
memijit hidung Aisyah jika ia marah dan beliau berkata, Wahai Aisy,
bacalah doa, ‘Wahai Tuhanku, Tuhan Muhammad, ampunilah dosa-dosaku,
hilangkanlah kekerasan hatiku, dan lindungilah diriku dari fitnah
yang menyesatkan.” (H.R. Ibnu Sunni)
h. Seorang sahabat berkata kepada Nabi
saw, “Ya Rasulullah, berpesanlah kepadaku.” Nabi saw berpesan,
“Jangan suka marah (emosi).” Sahabat itu bertanya berulang-ulang
dan Nabi saw tetap berulang kali berpesan, “Jangan suka marah!”
(H.R. Bukhari). Emosi itu memang harus disalurkan, namun terkadang,
ada beberapa cara-cara lain yang lebih baik ketimbang menyalurkannya
lewat kemarahan. Beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi
amarah, yaitu berpindah tempat (misal dari duduk kepada berdiri),
mengambil air wudhu, dan membaca ta’awudz. Menahan amarah bukanlah
perkara mudah. Karenanya, Rasulullah saw berkata, “Orang kuat itu
bukanlah orang yang menang bergulat, tetapi orang kuat ialah orang
yang dapat menahan dirinya ketika marah.” (H.R. Muttafaq Alaihi)
Nah itulah 2 sumber yang sempat saya
kumpulkan untuk anda tentang Solusi jika sering bertengkar dengan
suami atau istri, semoga bermanfaat!
RSS Posts