Jumat, 27 April 2012

Ane beruntung punya istri bawel (cerewet & sejenisnya)


"Ayah.... pagi-pagi udah OL bukan siap-siap berangkat ke kantor tar klo buru-buru ada aja deh yang ketinggalan, kebiasaan....."

Pagi ini ane denger lagi omelan istri ane, gondok banget ane pagi-pagi harusnya disambut sang mentari malah kicauan sumbang suara istri
Pengen banget ane timpalin tp males banget dah tar jadi tambah rame, tau sendiri perempuan klo dah koar-koar biar sendiri rumah jadi kaya pasar
Mending turutin trus cabut deh... Abis perkara.

Tapi ane harus bahkan wajib bersyukur punya istri kaya istri ane sekarang. Biar cerewet tapi ngebawa ane pada kesadaran akan pentingnya aturan-aturan dalam hidup. Dari yang tadinya "semau gue" sekarang jadi "semau berdua". Dari yang tadinya kusam kebanyakan begadang sekarang segar karena cukup tidur & ditidurin

Lima tahun ane berumah tangga hidup ane jadi mulai teratur & berbalik 160* dibanding masih lajang. 20* nya blm bisa ilang
Andai istri ane ga cerewet mungkin ga kaya sekarang kondisi ane. Ane tetep bebas tanpa aturan karena ngerasa ga ada yang ngomel...

Awal ane berumah tangga emang bini ane manut aja dengan apa yang ane bilang, tapi lama-lama jenuh juga ane klo setiap ane punya pendapat, setuju ga setuju selalu dia iyakan. Iya klo yang dia setuju.... ngejalaninnya jg enak & ikhlas, klo yang ngga...? "ttp dijalanin tp setengah hati" ga enak deh jadinya.

Sampe suatu malam menjelang tidur,
ane sempet ngobrol dulu yang intinya.

"Kasih argumen dong Bunda kalo ayah punya pendapat"

Ga berapa lama ane ngomong gitu, keluar semua sifat aslinya...

Setiap ane punya pendapat yang menurut dia ga setuju selalu harus diproses sisi plus & minusnya, klo dah ketemu alurnya baru tuh pendapat disetujuin.
Silahkan Sahabat coba sendiri bagaimana pusingnya menyatukan pendapat yang dikeluarkan oleh LOGIKA & PERASAAN mumet ndasku gan

Tapi dengan begitu segala hal yang bakal jadi pertengkaran dlm rumah tangga bisa dihindari seminim mungkin karena itu udah persetujuan keduabelah pihak. Jujur dlm beberapa masalah kadang ane ga kompromi ma istri apa lg yg membutuhkan proses yg singkat.

Tapi dengan begini ane ga ngerasa sendiri gan, selalu ada yang siap menampung ide & pendapat2 ane dengan setia & dukungan penuh.

Ane berpendapat bahwa istri cerewet ga selalu berdampak negatif selama kecerewetannya itu beralasan benar & tidak dibuat-buat.
Dengan adanya kemauan-kemauan keduabelah pihak yang bisa diungkapkan maka akan bisa saling menutupi kekurangan masing-masing. Terkadang ga semua Laki-laki yang semakin mencintai istrinya jika si istri sangat, penurut tapi malah lupa diri & berbuat seenaknya karena merasa menang dari sang istri.

Ini bukan berarti ane ISTI (Ikatan Suami Takut Istri) tapi mencoba saling memahami ama yang istri ane mau. Toh segala keputusan final tetap ada ditangan ane sebagai suami karena baik atau tidaknya sebuah penadapat dalam berumah tangga suami jugalah yang harus lebih banyak mengcover segala dampak buruknya.


Buat yang punya pendapat lain ayo silahkan babarkan disini & kasih masukan baik, apa untung ruginya punya istri cerewet
Buat istri yang cerewet boleh juga kasih alasan kenapa sih kalian bisa cerewet? Padahal ga rugikan ngasih sedikit kebebasan pada suami? Toh suami tetap ko mikirin keluarga klo lagi ga punya beras 


Rabu, 25 April 2012

Kawasaki Ninja EX 250 Tahun 2009

Perkembangan dunia modifikasi motor saat ini masih menjadi trend para bikers. Tentunya dengan berbagai sentuhan dan kreativitas sang builder.
 “Gaya ini akan selalu up to date, dinamis dan simpel,” ujar pemilik bengkel motor dan onderdil Jawara Kusuma Oli Jatinom, Klaten ini kepada Timlo.net
Salah satunya Hikmah Putri Pristisari, wanita asal Gondang, Klaten ini. Ia pun melakukan hal itu dengan sentuhan minimalis. Kawasaki Ninja EX 250 Tahun 2009 miliknya diolah dengan ilham gaya streetnight yang di

anggapnya abadi.
































Senin, 23 April 2012

Istirahat Kita di Surga (?)

Itulah kata-kata yang sering terlontar di antara sesama aktivis dakwah ketika kelelahan menggerogoti tubuh, kejemuan meluapkan resah, dan himpitan kesulitan tak henti-hentinya menghampiri silih berganti.


Ada yang terkadang terbesit di dalam pikiran ini, antara optimisme dan kekhawatiran bahwa ucapan itu memiliki konsekuensi berat yang sama sekali tak mampu dipandang sebelah mata. Memang benar jalan ini bukan jalan landai dan penuh bunga, juga bukan jalanan indah yang ujung horizonnya mampu dilihat. Namun, jalan ini adalah jalan orang-orang yang jarang melewatinya, jalan yang bahkan bisa membuat yang melaluinya ambruk tak berdaya, juga jalanan yang sama sekali tidak diketahui ujung rimbanya kecuali hanya berharap yang terbaik kepada Allah ta’ala.


Jalan ini menuntut siapa pun yang melaluinya berupaya sekuat tenaga, mengorbankan hal terindah dan terpenting dalam hidupnya, bersedia dikucilkan dan memperoleh anggapan miring dari berbagai belantara. Terjatuh, terpuruk, tersungkur, bahkan bisa jadi terhapus –atau dihapus paksa– dari coretan nama-nama dunia.


Jalan ini membuat mereka-mereka yang melaluinya terkadang jatuh tak berdaya, berjalan lunglai dengan sisa-sisa tenaga, atau beradu resah dengan tiap detik yang mengancam di setiap inchi kutipan hidupnya.


Maka janji Allah-lah yang menjadi pemantik semangatnya, pembakar gelora di dadanya, dan membuat ia utuh tegak kembali setelah sebelumnya bagaikan jasad sepi yang ditinggal sendiri oleh ruh semata wayangnya.


Inilah janji itu:


“Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan: “Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu.” Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada istri-istri yang suci dan mereka kekal di dalamnya”. (QS. Al-Baqarah: 25).


Begitu pula janji Allah lainnya, namun masih memiliki makna yang sama:


“Sesungguhnya Allah memasukkan orang-orang beriman dan mengerjakan amal yang saleh ke dalam surga-surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Di surga itu mereka diberi perhiasan dengan gelang-gelang dari emas dan mutiara, dan pakaian mereka adalah sutera. (QS. Al-Hajj: 23).


Indahnya janji ini


Sungguh, betapa indahnya janji itu, surga yang dipenuhi kebun-kebun, sungai-sungai, buah-buahan, dan purwarupa kenikmatan yang bahkan sama sekali tidak pernah terbesit sedikit pun dalam pikiran dan benak manusia yang begitu lemah. Dan, tentu saja Allah adalah sebaik-baik penepat janji.


Pertanyaannya sekarang adalah, pantaskah kita diberi ganjaran masuk ke dalam surga-Nya? Sudahkah kita termasuk ke dalam orang-orang beriman dan yang beramal shalih? Apakah kita merupakan pribadi yang pantas menerima kenikmatan yang begitu hebatnya? Pantaskah?


Meskipun kita bekerja di jalan dakwah, bukankah pernah kita mengeluh dalam kelelahan dan kelemahan ini? Meskipun kita berjuang di jalan dakwah, bukankah kita pernah enggan untuk pergi meski tak seberat berjalannya pasukan mukmin di perang Badar? Meskipun kita berkorban di jalan dakwah, bukankah sering hati ini tidak ikhlas terhadap ketentuan-Nya? Lalu, dari sisi apa kita pantas mendapat surga-Nya? Lalu menurut pandangan siapa kelak kita akan beristirahat di surga-Nya?


“Ya Allah, bahkan di perca-perca amalan yang kami lakukan terkadang masih terbesit riya’ dan sum’ah yang mengekang. Yaa Allah, ampunilah kami dalam berbagai kelemahan dan keburukan kami, dan pantaskanlah kami menerima Jannah-Mu dan lindungi kami, keluarga kami, saudara-saudari kami yang beriman kepada-Mu dari dahsyatnya siksa neraka yang bahkan pedihnya tak terbesit di dalam hati ini.”


Minggu, 22 April 2012

Melukis Cinta di Langit Kejujuran



Kejujuran adalah ruh dari cinta itu sendiri
Dia merupakan bahan dasar dari cinta itu sejatinya.


Kejujuran adalah sisi lain dari sisi cinta yang tak bisa kita hilangkan
Maka jika tak jujur, itu tanda dari kita tak cinta lagi…..
Disinilah kita harus menyelami samudra niat kita selama ini
Untuk apa kita menikah?
Untuk apa menikahinya?
Jujurlah pada nuranimu yang bening itu…
Agar jika niat kita selama ini salah
Selama ini tak jujur, bisa kita perbaiki, bisa kita bangun lagi dari titik nol
Titik penumbuhan cinta….!
Karena betapa banyak orang yang mengakhiri biduk rumah tangganya
Karena diawal mereka tak jujur….
Menikahi karena kecantikannya semata
Begitu datang yang lebih cantik menggodanya, ia jatuh, ia hancur, ia maksiat
Maka bubarlah rumah tangga itu…..!
Atau orang-orang yang menikah karena jabatan semata, karena melihat status sosial semata
Maka begitu jabatan itu hilang, maka begitu Allah mengujinya dengan kemiskinan..
Maka bubarlah rumah tangga itu..!!
Inilah potret mereka yang tak jujur pada niatnya.
Yang ada akhir yang tak menyenangkan di perjalanan sejarah rumah tangganya.


**Saatnya Melukis Cinta itu**
Jika kata adalah sepotong hati, maka ku ingin kata ini, yang terjalin dari huruf-huruf dalam nurani ku
Tuk menjadi doa….
Agar Allah selalu menghadirkan di hatimu
Tentang cintaku padamu duhai istriku sayang….
Agar pula kau tahu, bahwa selamanya aku mencintaimu.
Agar engkau selalu melihat binar cinta di mataku
Agar kau paham dan mengerti setiap kata yang ku ucap untukmu adalah doa
Bahwa aku ingin selamanya dengan mu…
Beriringan saling menggenggam jemari, hingga langkah kita ke SurgaNya……!
Karena Cinta menurut ku tak berwarna
ia menjadi jingga
sebagaimana kau memaknainya
ia pun menjadi kuning, biru, dan merah
sebagaimana kau menginginkannya
Karena Cinta bagiku tak ubahnya kumpulan narasi
tentang kejujuran dan keberanian
tentang kemarahan dan kasih sayang
Karena Cinta adalah lukisan yang unik dan tak terkatakan
sebab ia menenggelamkan kita pada angan-angan
dan pada mimpi yang abadi
dan cintaku padamu adalah surga yang tak bisa kumasuki jika tanpamu…….
***
Kutulis ba’da dhuha hari ini ada rindu yang selalu menyala untukmu sayang….duhai istriku



Menuju Langit Kemuliaan


Ada saatnya mengerti
Dan saat itu pun pasti kan terjadi
Memahami akan kemulian diri
Menuju kebahagian kekal abadi
Dalam luasnya kelapangan hati


Kecilku
Dengan segala kesan
Berlari kecil mahkota terlarang terurai
Tak pernah sama sekali terpikirkan
Walau peranjakan dewasa mulai terlihat
Seperti kunang-kunang tetap bersinar


Balutan lembut mulai menutupi
Terlihat berbeda dari kebanyakan
Menerima dengan keikhlasan hati
Masa itu menjadi hikmah permulaan
Pada masa perkembangan diri


Mulai merasa risih dengan perbedaan
Tahukah engkau keinginan hati ini?
Sindirian kecil terus berlalu melewati
Dibalas mengindahkan
Bahkan olokan pun terhunus tajam melukai


Panas. Gerah. Repot
Banyak  ocehan terlontar
Tak tahu apa arti dari nasihat itu
Tertuju  kosong
Tingginya langit diamati


Katanya
Banyak yang mengatakan ini
Dengannya kebebasan berekspresi
Hilang
Tertelan dalamnya keengganan
Duduk lesu tidak mengetahui


Sudah banyak hikmah disampaikan
Apapun itu walau datang dari hal kecil
Tiap insan diberi keleluasaan untuk memilih
Sejatinya hanya untuk kebahagiaan


Semakin lama waktu langit ditatapi
Tentang kemuliaan hakiki
Kini sudah memahami
Akan sebuah perbedaan berarti
Dengan kebanggaan diri


Tak sekadar menutupi keanggunan
Dan bukan karena kelemahan
Sebagai sebuah alasan
Menghalangi untuk menjaga pandangan


Ini tentang sikap iffah
Sepantasnya akan ‘izzah
Seorang muslimah
Berdiri tegak membanggakan
Diatas ranah sejarah
Sebagai kerasnya episode kehidupan
Untuk kemuliaan mereka berarti indah