Terik siang itu pecah dengan histeris seorang ibu. Tanpa diminta setiap kepala bebalik ke arah sumber suara. Ada beberapa yang berusaha menghampiri untuk melihat siapa yang begitu menarik perhatian itu. Lengkingan itu meratap tak merima, mengiba dan tak berdaya, terisak sangat lama. Apa lagi yang dilakukan oleh seorang yang kehilangan harta yang paling berharganya selain menangis? Apa pula yang diperbuat oleh seorang yang kehilangan namun tak mampu untuk mengembaikan selain berteriak pilu? Teriaknya tanda tak mampunya dia menahan kesedihan yang begitu besar, rasa bersalah yang tak tergambarkan. Wallahu a’lam….
Anak empat tahun-nya meninggal karena tersedak cimol.
Siang itu terik, namun atmosfer Rumah Sakit begitu mendung. Suram.
Bahwa kematian datang kepada siapa saja dengan cara apa saja. Mati itu pasti dan kejadian di atas menunjukkan bahwa kematian datang kepada siapa saja. Yang umur empat tahun saja meninggal kemarin, maka tidak ada yang bisa menjamin bahwa kita masih hidup esok hari.
“Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka Sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu.” (QS. Al-Jumu`ah [62]: 08)
Semoga kita bukan orang-orang yang meminta dikembalikan ke dunia lagi saat ruh sudah dicabut dari raga. Semoga kita bukan golongan yang menyesal. Bukan seperti golongan-golongan yang digambarkan oleh Al Quran sebagai berikut,
[1] Mereka yang tidak menjalankan perintah Allah,
“Dan berikanlah peringatan kepada manusia terhadap hari (yang pada waktu itu) datang adzab kepada mereka, maka berkatalah orang-orang yang dzalim: “Ya Rabb kami, beri tangguhlah kami (kembalikanlah kami ke dunia) walaupun dalam waktu yang sedikit, niscaya kami akan mematuhi seruan Engkau dan akan mengikuti rasul-rasul.(Kepada mereka dikatakan): “Bukankah kamu telah bersumpah dahulu (di dunia) bahwa sekali-kali kamu tidak akan binasa?” (QS. Ibrahim : 44)
[2] Mereka yang tidak mau bersedekah,
“Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: “Wahai Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian) ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan termasuk orang-orang yang shaleh?Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Munafiqun : 10-11)
[3] Mereka yang meremehkan perintah Allah,
“(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: “ Wahai Rabb-ku kembalikanlah aku (ke dunia). Agar aku berbuat amal shaleh terhadap apa yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja.” (QS. Al Mu’minun : 99-100)
Being smart, please…
Ibnu Umar radhiyallaahu ‘anhuma berkata, “Suatu hari aku duduk bersama Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, tiba-tiba datang seorang lelaki dari kalangan Anshar, kemudian ia mengucapkan salam kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan bertanya, ‘Wahai Rasulullah, siapakah orang mukmin yang paling utama?’ Rasulullah menjawab, ‘Yang paling baik akhlaqnya’. Kemudian ia bertanya lagi, ‘SIAPAKAH ORANG MUKMIN YANG PALING CERDAS?’. Beliau menjawab, ‘Yang paling banyak mengingat mati, kemudian yang paling baik dalam mempersiapkan kematian tersebut, itulah orang yang paling cerdas.’ (HR. Ibnu Majah, Thabrani, dan Al Haitsamiy. Syaikh Al Albaniy dalam Shahih Ibnu Majah 2/419 berkata : hadits hasan)
Dua kali aku diingatkan di bulan Ramadlan tahun ini. Dua kali kepada dua orang dengan umur yang berbeda. Yang pertama nenekku yang berumur sangat renta dan sekarang seorang bocah balita. Mati itu kepastian, namun persiapannya yang selalu saja belum cukup.
Wallahu a’lam…
Kapan pun saat itu datang, maka siapkan hamba untuk menyambutnya, Ya Rabb…
Anak empat tahun-nya meninggal karena tersedak cimol.
Siang itu terik, namun atmosfer Rumah Sakit begitu mendung. Suram.
Bahwa kematian datang kepada siapa saja dengan cara apa saja. Mati itu pasti dan kejadian di atas menunjukkan bahwa kematian datang kepada siapa saja. Yang umur empat tahun saja meninggal kemarin, maka tidak ada yang bisa menjamin bahwa kita masih hidup esok hari.
“Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka Sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu.” (QS. Al-Jumu`ah [62]: 08)
Semoga kita bukan orang-orang yang meminta dikembalikan ke dunia lagi saat ruh sudah dicabut dari raga. Semoga kita bukan golongan yang menyesal. Bukan seperti golongan-golongan yang digambarkan oleh Al Quran sebagai berikut,
[1] Mereka yang tidak menjalankan perintah Allah,
“Dan berikanlah peringatan kepada manusia terhadap hari (yang pada waktu itu) datang adzab kepada mereka, maka berkatalah orang-orang yang dzalim: “Ya Rabb kami, beri tangguhlah kami (kembalikanlah kami ke dunia) walaupun dalam waktu yang sedikit, niscaya kami akan mematuhi seruan Engkau dan akan mengikuti rasul-rasul.(Kepada mereka dikatakan): “Bukankah kamu telah bersumpah dahulu (di dunia) bahwa sekali-kali kamu tidak akan binasa?” (QS. Ibrahim : 44)
[2] Mereka yang tidak mau bersedekah,
“Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: “Wahai Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian) ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan termasuk orang-orang yang shaleh?Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Munafiqun : 10-11)
[3] Mereka yang meremehkan perintah Allah,
“(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: “ Wahai Rabb-ku kembalikanlah aku (ke dunia). Agar aku berbuat amal shaleh terhadap apa yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja.” (QS. Al Mu’minun : 99-100)
Being smart, please…
Ibnu Umar radhiyallaahu ‘anhuma berkata, “Suatu hari aku duduk bersama Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, tiba-tiba datang seorang lelaki dari kalangan Anshar, kemudian ia mengucapkan salam kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan bertanya, ‘Wahai Rasulullah, siapakah orang mukmin yang paling utama?’ Rasulullah menjawab, ‘Yang paling baik akhlaqnya’. Kemudian ia bertanya lagi, ‘SIAPAKAH ORANG MUKMIN YANG PALING CERDAS?’. Beliau menjawab, ‘Yang paling banyak mengingat mati, kemudian yang paling baik dalam mempersiapkan kematian tersebut, itulah orang yang paling cerdas.’ (HR. Ibnu Majah, Thabrani, dan Al Haitsamiy. Syaikh Al Albaniy dalam Shahih Ibnu Majah 2/419 berkata : hadits hasan)
Dua kali aku diingatkan di bulan Ramadlan tahun ini. Dua kali kepada dua orang dengan umur yang berbeda. Yang pertama nenekku yang berumur sangat renta dan sekarang seorang bocah balita. Mati itu kepastian, namun persiapannya yang selalu saja belum cukup.
Wallahu a’lam…
Kapan pun saat itu datang, maka siapkan hamba untuk menyambutnya, Ya Rabb…
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan Kasih Jempolnya..