Rosulullah Shallahu'Alaihi Wa Sallam bersabda :" Sebaik-baik manusia diantaramu adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain." (HR.Bukhori)
Bismillahir-Rahmanir-Rahim: Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Anakku yang mulia, cahaya-cahaya permataku, lihatlah segala sesuatu di sekeliling kita.
Dalam beberapa hal, setiap ciptaan memberikan manfaat kepada kita, bukankah begitu?
ambil rumput contohnya. Rumput berguna untuk sapi, kerbau dan kambing.
Lihatlah pohon, ia memberi manfaat begitu banyaknya.
Beberapa pohon menghasilkan buah-buahan untuk dimakan olehmu, dan pohon yang tidak menghasilkan buah juga memberikan keteduhannya, bukankah begitu?
Buah-buahan, semak belukar, dan bunga-bunga semuanya memberikan manfaat untuk mahluk lain.
Setangkai bunga dapat memberikanmu aroma yang harum, dan air dari danau dapat memuaskan dahagamu.
Matahari memberikan kita cahaya, bulan memberikan kita kesejukan, dan bintang-bintang juga memberikan cahayanya. Semua ciptaan Tuhan memberikan manfaat kepada kehidupan lainnya. Setiap ciptaan membantu dan menyediakan kenyamanan untuk kehidupan lainnya.
Anakku yang mulia, kau harus menyadari ini.
Semak-semak, pohon-pohon, bunga-bunga, rerumputan, hujan, dan awan semuanya memberikan kita kenyamanan.
Bila mereka bisa menyamankan kita, bukankah sebaiknya kita juga bisa menyamankan orang lain?
Kita juga harus memberikan manfaat untuk orang lain. Kita harus bermanfaat bagi setiap mahluk hidup.
Jika seorang manusia duduk di lembah gunung, bayangan dari gunung memberikan kesejukan dan mencegah ia dari panasnya terik matahari. Dengan hal yang sama, jika kau menjadi orang baik, maka kau akan dapat memberikan kenyamanan kepada mahluk lain yang sedang dalam bahaya, dan kau akan dapat memberikan ketenteraman di saat-saat penuh kesulitan.
Jika kau seorang yang saleh, berbudi pekerti luhur dan tidak mementingkan diri sendiri, maka kita akan seperti gunung yang melayani tanpa mengharapkan balas jasa ataupun pujian. Jika kita bisa berada dalam keadaan seperti itu dan memberikan ketenteraman kepada mahluk lain, maka kita menjadi bermanfaat untuk orang lain.
Sebuah pohon menaungi kita dari panasnya terik matahari dan melindungi kita dari angin dan hujan.
Sebuah pohon bisa begitu bermanfaat. Ia memberikan buah kepada mahluk lain untuk dimakan, tetapi pohon itu sendiri tidak pernah memakan buah yang dihasilkannya, bukankah begitu?
Jadi, seperti itu, bahkan jika kita hidup di dunia ini, kita seharusnya tidak memiliki pikiran bahwa kita menikmati kesenangan dunia. Kita harus seperti pohon yang memberikan buah-buahan tanpa ikut serta menikmatinya.
Dengan hal yang sama, walaupun banyak mahluk hidup yang hidup di dalam air, tetapi air tidak pernah memakan mahluk hidup yang ada di air tersebut. Malahan, ia memberikan kehidupan kepada mahluk lainnya. Contohnya, terdapat banyak rerumputan yang ditemukan di dalam air, tetapi airnya tidak memakan rumputnya. Air memberikan kehidupan kepada mahluk lainnya. Seperti itu, anakku yang mulia, jika kita ingin menjadi manusia sejati, maka kita seharusnya menjadi penolong untuk seluruh makhluk hidup. Kita seharusnya tidak berharap untuk memuaskan kesenangan dan kelaparan kita. Kita seharusnya tidak berharap kepada pujian dan kehormatan. Kita seharusnya tidak melihat kepada hal-hal ini. Kita setidaknya harus melakukan tugas seperti yang dilakukan rumput dan semak-semak.
Tuhan melakukan tugasNya tanpa mementingkan DiriNya ataupun keterikatan kepada DiriNya, dan Dia memberi kehidupan kepada seluruh mahluk hidup. Bukankah begitu?
Kita harus berada dalam kedaan yang sama seperti Tuhan. Anakku yang mulia, cahaya-cahaya permataku, sudah waktunya kita menghilangkan diri kita dan mengerti Pembimbing kita (Tuhan).
Setangkai bunga memberikan aromanya yang harum, bukankah begitu?
seperti bunga yang merekah dan memberikan keharumannya, hati kita harus merekah dan kearifan pun datang.
Hati hanya akan berbunga ketika kearifan merekah. Dan aroma harum baru akan muncul setelah cinta merekah didalam dirimu. Apakah seharusnya hati kita merekah seperti bunga sehingga kita juga bisa memberikan aroma yang harum? Seluruh mahluk hidup akan membungkukkan jiwanya kepada keharuman itu; semuanya akan tunduk kepada keharuman itu.
Setangkai bunga tidak perlu menonjolkan dirinya dan berkata, “Aku setangkai bunga.” Mahluk hidup akan menyadari keharumannya, dan mereka akan tertarik dan mendekatinya. Jadi, jika bunga saja bisa melakukan seperti itu, maka ketika kita hadir dengan hati yang berbunga dan merekah, dan juga dengan keharuman yang ada di hati kita, mereka yang mencintai Tuhan dan memiliki iman kepada Tuhan akan datang mendekati kita. Anakku, permata yang menyinari mataku, sebagaimana bunga menarik mahluk hidup, hati ini akan menarik mereka yang memiliki iman kepada Tuhan. Kita seharusnya berada di dalam keadaan ini.
Jika kita mencabut bunga dan memindahkannya dari pohon, bunga itu akan layu dan kehilangan keharumannya. Bunga tersebut hanya bisa memberikan keharumannya selama bunga itu masih berada dipohonnya. Hal yang sama, jika kita meninggalkan keadaan kita yang benar, bunga yang berada dilubuk hati kita yang paling dalam akan layu. Kita harus tetap terhubung kepada pohon yang merupakan hati. Jika kita meninggalkan hati, maka bunga yang ada di dalam hati kita akan musnah.Inilah yang terjadi ketika kita mencari pujian, kehormatan dan kedudukan demi kebanggaan diri kita. Maka kita akan seperti bunga yang dicabut dari pohonnya; segala kebaikan yang kita miliki di dalam diri kita akan mengering. Bukankah begitu?
Semua anak-anakku, tolong pikirkan hal ini, Tuhan selalu ada di setiap tempat, dan Dia melakukan TugasNya tanpa kebanggaan, tanpa kehormatan, dan tanpa ego “Aku”. Seperti itulah TugasNya. Dengan cara seperti ini seharusnya kita melakukan kewajiban kita, doa kita, ketaatan kita, dan ibadah kita. Tidak ada Tuhan yang layak disembah selain Tuhan Yang Maha Besar, Allahu ta’lla.
Anakku yang mulia, kau harus berpikir.
Kau harus merenung.
Kau harus menyadari.
Kau harus mengetahui.
Dan kau harus mengerti.
Apa yang harus kita mengerti?
Bahwa Allah ada dimanapun.
Bahwa Allah ada disetiap kehidupan dan mengerti semua kehidupan.
Yang Maha Esa yang ada dimanapun, apakah Dia tidak ada di dalam diri kita?
Apakah kita harus pergi mencari DiriNya?
Apakah kita harus membaca ayat-ayat untuk menghadirkan Dia di dalam diri kita?
Apakah kita harus menunjukkan keajaiban untuk melihat Dia?
Apakah kita harus terbang ke angkasa untuk melihat Dia?
Apakah kita harus menutup mata kita dan menunggu untuk melihat Dia?
Anakku yang mulia, cahaya-cahaya permataku, lihatlah bagaimana air turun ketika hujan.
Ia mengalir ke semua tempat dan memberikan manfaat ke setiap hal yang ia lewati.
Ketika hujan turun, kau akan melihat pohon-pohon, rumput-rumput dan segala sesuatunya menjadi segar; semuanya memilki kesejukan di dalamnya. Danau-danau menjadi terisi, dan air yang berlebih pada danau mengalir menuju laut. Betapa indahnya ketika air mengalir menuju laut. Ketika hujan turun ke bumi dan danau, ia bermanfaat untuk seluruh mahluk hidup, bukankah begitu?
Dengan hal yang sama, di dalam setiap nafas, hati kita selayaknya mengagungkan Tuhan.
Pada setiap saat, kita harus memperkenankan hujan dari Rahmat Tuhan turun membasahi hati kita.
Setiap menit, setiap detik, di dalam setiap nafas, kita harus mengagungkan Dia.
Di dalam setiap detik kita harus memiliki niat untuk beribadah kepadaNya.
Setiap kata yang kita ucapkan haruslah perkataanNya.
Setiap pemikiran haruslah pemikiranNya.
Kita harus berada dalam keadaan ini.
Di dalam pikiran kita, di dalam nafas kita, di dalam perkataan kita, dan di dalam niat kita, kita sebaiknya berhubungan dengan Tuhan.
Kita harus hidup dalam niatNya.
Apapun kegiatan yang kita lakukan, Dia harus selalu berada di dalam niat kita.
Hal ini bukanlah suatu perkara yang besar, anakku yang mulia.
Kita mengira bahwa ini sesuatu yang sangat berat untuk dipikul.
Tetapi lihatlah pada nafas: kegiatan apapun yang kita lakukan, nafas tetap berkerja secara otomatis, bukankah begitu? Ketika kita bekerja, apakah nafas berhenti bekerja?
Ketika kita bekerja, apakah mata kita berhenti berfungsi?
Mereka tetap bekerja, bukankah begitu? Kerja apapun yang kita lakukan, apakah peredaran darah tetap bersirkulasi? Apakah ia berhenti bersirkulasi karena kita sibuk bekerja? Tidak, mereka tidak berhenti. Apapun yang kita lakukan, nafas kita tetap mengalir tanpa henti.
Dada kita mengembang dan mengempis, setiap organ tubuh berdenyut, setiap akar rambut tumbuh, dan setiap lubang pori-pori bekerja setiap saat. Jika mereka bisa melakukan fungsinya, maka apakah kita bisa selalu memiliki niat kepada Tuhan?
Niat dan kepercayaan kita terhadap Tuhan harus selalu bersama kita, sebagaimana mengalirnya nafas kita.
Iman kita harus konstan. Pikiran-pikiran tersebut, niat kita terhadap Tuhan, nafas tersebut, perkataan tersebut, penglihatan tersebut, dan gema tersebut sebaiknya bekerja secara terus-menerus sebagaimana organ-organ tubuh yang berfungsi secara otomatis. Itulah yang dinamakan Zikir, mengingat Tuhan. Jika kau selalu berusaha mengingat Tuhan sebagaimana organ tubuh yang berfungsi di dalam tubuhmu, maka itulah yang di namakan ibadah.
Ini bukanlah suatu beban yang berat untuk dipikul. Yang lain semuanya bekerja secara otomatis; jika hal ini juga dapat bekerja secara otomatis, maka inilah yang di namakan Rahmat Tuhan.
Rahmat inilah yang harus kita sebarkan ke segala sesuatu.
Seperti hujan yang memberikan begitu banyak kenikmatan dan kesejukan, kita selayaknya memuaskan dahaga orang-orang yang kehausan.
Kita selayaknya menghilangkan kelaparan orang lain dan mencoba untuk menenangkan keletihan mereka. Inilah Tugas yang harus kita lakukan.
Anakku, kita tidak selayaknya mengatakan, “Ini sulit, hal itu begitu sulit,” atau “Hal ini tidak mungkin”.
Apa-apa yang kita bawa di dalam diri kitalah yang begitu berat.
Ketika hujan turun dan terjadi banjir, kau bisa melihat pohon-pohon dan kapal-kapal mengapung di atas air. Tetapi ketika kau mencoba mengangkat pohon dari tanah, hal ini sangat berat. Jika kita mencoba mengangkat pohon sendirian, akan terasa sangat berat. Sama halnya, jika kau mencoba memikul sebuah kapal, terasa sangat berat. Tetapi ketika kapal tersebut berada di air, apakah ia berat? Tidak, kapal tidak terasa berat bagi air. Ketika kita meletakkan kapal di air, apakah yang terjadi? Kita bisa memenuhinya dengan beban tujuh kali berat kapalnya dan tetap tidak terasa berat bagi air.
Anakku yang mulia, segala beban-beban dan apa-apa yang berat yang kita kumpulkan selama hidup kita sama seperti ini. Kita mencoba membawa mereka bersama kita. Kita mencoba membawa bumi, kita mencoba membawa udara, kita membawa hasrat kita, kita membawa keterikatan terhadap dunia dan kecintaan terhadap hubungan-hubungan kita. Hal-hal ini begitu berat karena kita mencoba membawanya melawan gravitasi bumi.
Tetapi jika kau menjadikan setiap nafas membawa gema dari La ilaha, ill-Allahu- Tidak ada Tuhan selain Allah, dan Hanya Allah yang ada; jika kau bisa mengambil setiap beban ini dan menyerahkannya kepada Dia Hu, ill-Allahu, ini seperti menyerahkan semua beban kedalam kapal tersebut. Lalu kau tidak memiliki beban lagi. Kau tidak memiliki beban untuk dibawa lagi. Sebagaimana air yang bisa menahan sebuah kapal, Allah akan membawa semua beban-bebanmu.
Beban-beban ini tidak berat bagiNya, sebagaimana air tidak merasakan beratnya kapal dan beban-beban yang ada di dalam kapal tersebut.
Jika kau berserah diri kepada Tuhan dalam keadaan seperti itu, tidak ada lagi beban untuk mu; Allahuakan membawa semua beban-beban tersebut. Tetapi jika kau hanya memberikan setengahnya kepada air dan kau berusaha membawa setengah lainnya, bagaimana kau akan memikulnya?
Bagaimana kau akan membawanya?
Anakku yang mulia, tolong renungkan hal ini.
Air hanya akan dapat menahan kapalnya ketika engkau memberikan seluruh kapalnya kepada air.
Maka sebanyak apapun beban yang kau berikan, air masih dapat menahannya.
Sama seperti itu, kita harus menyerahkan beban-beban kita seluruhnya kepada Tuhan, dan berkata, “La ilaha, Tidak ada Tuhan selain Allah, ill-Allahu, hanya Engkau yang ada, Oh Tuhan.” Dan Dia Yang Maha Bijak di seluruh Alam Semesta, Sang Rahmatul-‘alamin, akan membawa semua beban-beban kita yang berat. Semakin banyak beban yang kau berikan kepadaNya, semakin banyak yang akan Ia bawa.
Jika kau renungkan hal ini, kau akan menyadari bahwa jika kita hidup dalam keadaan seperti ini, berserah diri kepada Tuhan, maka kita tidak akan memiliki ketakutan ataupun kesulitan di dalam hidup. Dan ibadah kepada Tuhan menjadi begitu mudah.
Kesulitannya terletak pada perbuatan kita yang mencoba membawa beban-beban tersebut dari bumi dan mencoba untuk menyerahkan beban-beban tersebut kepada Allah. Selalu terdapat ikatan keturunan, ras, dan agama yang mendorong kita. Kita membawa mereka, dan hal-hal itulah yang memberi kita beban. Tetapi jika kita bisa mengambil beban ini dan berserah diri kepada Tuhan, maka ibadah akan menjadi sangat mudah, untuk mencapai Tuhan menjadi mudah, untuk berbicara kepadaNya menjadi mudah, untuk menerima kearifanNya menjadi mudah, untuk bersatu denganNya menjadi mudah, dan mencapai kerajaanNya menjadi Mudah. Kita harus memikirkan hal ini. Kita harus merenungkan segala sesuatunya.
Anakku yang mulia, cahaya-cahaya permataku, kau harus berusaha untuk mencapai keadaan ini.
Anakku yang tersayang, setiap dari kita harus berusaha untuk mengurangi beban-beban yang kita bawa bersama kita. Kita harus menyingkirkan beban-beban kita; kita harus berusaha.
Semua masalah ini adalah akibat tingkah laku kita.
Semua anakku, kita harus memikirkan tentang hidup kita.
Kita harus memikirkan tentang kewajiban dan perbuatan-perbuatan Tuhan.
Kita harus mengerti hal tersebut dan berusaha untuk hidup dalam keadaan tersebut.
Semoga ibadah kita berada dalam keadaan tersebut, dan mari kita berusaha untuk meraih singgasana Tuhan.
Hal itu akan menjadi kemenangan bagi hidup kita.
Itulah keagungan dari manusia dan kejernihan dari kearifan kita.
Anakku yang mulia, cahaya-cahaya permataku, semoga setiap dari kamu memikirkan hal ini.
Berusahalah untuk berjalan dijalan yang lurus, dan berusaha untuk menilai diri kita.
Untuk beribadah kepada Tuhan mudah, tetapi untuk mengerti sifat-sifatNya dan untuk berjalan pada jalan inilah yang sulit. Jadi mari kita berjuang untuk mencapai maqam tersebut.Amin. Amin.
As-salamu’alaikum wa Rahmatullahi wa Barakatu Kullahu. Semoga keselamatan Allah bersamamu dan Rahmat Allah dan Barokah Allah.
Oleh : M. R.
Bismillahir-Rahmanir-Rahim: Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Anakku yang mulia, cahaya-cahaya permataku, lihatlah segala sesuatu di sekeliling kita.
Dalam beberapa hal, setiap ciptaan memberikan manfaat kepada kita, bukankah begitu?
ambil rumput contohnya. Rumput berguna untuk sapi, kerbau dan kambing.
Lihatlah pohon, ia memberi manfaat begitu banyaknya.
Beberapa pohon menghasilkan buah-buahan untuk dimakan olehmu, dan pohon yang tidak menghasilkan buah juga memberikan keteduhannya, bukankah begitu?
Buah-buahan, semak belukar, dan bunga-bunga semuanya memberikan manfaat untuk mahluk lain.
Setangkai bunga dapat memberikanmu aroma yang harum, dan air dari danau dapat memuaskan dahagamu.
Matahari memberikan kita cahaya, bulan memberikan kita kesejukan, dan bintang-bintang juga memberikan cahayanya. Semua ciptaan Tuhan memberikan manfaat kepada kehidupan lainnya. Setiap ciptaan membantu dan menyediakan kenyamanan untuk kehidupan lainnya.
Anakku yang mulia, kau harus menyadari ini.
Semak-semak, pohon-pohon, bunga-bunga, rerumputan, hujan, dan awan semuanya memberikan kita kenyamanan.
Bila mereka bisa menyamankan kita, bukankah sebaiknya kita juga bisa menyamankan orang lain?
Kita juga harus memberikan manfaat untuk orang lain. Kita harus bermanfaat bagi setiap mahluk hidup.
Jika seorang manusia duduk di lembah gunung, bayangan dari gunung memberikan kesejukan dan mencegah ia dari panasnya terik matahari. Dengan hal yang sama, jika kau menjadi orang baik, maka kau akan dapat memberikan kenyamanan kepada mahluk lain yang sedang dalam bahaya, dan kau akan dapat memberikan ketenteraman di saat-saat penuh kesulitan.
Jika kau seorang yang saleh, berbudi pekerti luhur dan tidak mementingkan diri sendiri, maka kita akan seperti gunung yang melayani tanpa mengharapkan balas jasa ataupun pujian. Jika kita bisa berada dalam keadaan seperti itu dan memberikan ketenteraman kepada mahluk lain, maka kita menjadi bermanfaat untuk orang lain.
Sebuah pohon menaungi kita dari panasnya terik matahari dan melindungi kita dari angin dan hujan.
Sebuah pohon bisa begitu bermanfaat. Ia memberikan buah kepada mahluk lain untuk dimakan, tetapi pohon itu sendiri tidak pernah memakan buah yang dihasilkannya, bukankah begitu?
Jadi, seperti itu, bahkan jika kita hidup di dunia ini, kita seharusnya tidak memiliki pikiran bahwa kita menikmati kesenangan dunia. Kita harus seperti pohon yang memberikan buah-buahan tanpa ikut serta menikmatinya.
Dengan hal yang sama, walaupun banyak mahluk hidup yang hidup di dalam air, tetapi air tidak pernah memakan mahluk hidup yang ada di air tersebut. Malahan, ia memberikan kehidupan kepada mahluk lainnya. Contohnya, terdapat banyak rerumputan yang ditemukan di dalam air, tetapi airnya tidak memakan rumputnya. Air memberikan kehidupan kepada mahluk lainnya. Seperti itu, anakku yang mulia, jika kita ingin menjadi manusia sejati, maka kita seharusnya menjadi penolong untuk seluruh makhluk hidup. Kita seharusnya tidak berharap untuk memuaskan kesenangan dan kelaparan kita. Kita seharusnya tidak berharap kepada pujian dan kehormatan. Kita seharusnya tidak melihat kepada hal-hal ini. Kita setidaknya harus melakukan tugas seperti yang dilakukan rumput dan semak-semak.
Tuhan melakukan tugasNya tanpa mementingkan DiriNya ataupun keterikatan kepada DiriNya, dan Dia memberi kehidupan kepada seluruh mahluk hidup. Bukankah begitu?
Kita harus berada dalam kedaan yang sama seperti Tuhan. Anakku yang mulia, cahaya-cahaya permataku, sudah waktunya kita menghilangkan diri kita dan mengerti Pembimbing kita (Tuhan).
Setangkai bunga memberikan aromanya yang harum, bukankah begitu?
seperti bunga yang merekah dan memberikan keharumannya, hati kita harus merekah dan kearifan pun datang.
Hati hanya akan berbunga ketika kearifan merekah. Dan aroma harum baru akan muncul setelah cinta merekah didalam dirimu. Apakah seharusnya hati kita merekah seperti bunga sehingga kita juga bisa memberikan aroma yang harum? Seluruh mahluk hidup akan membungkukkan jiwanya kepada keharuman itu; semuanya akan tunduk kepada keharuman itu.
Setangkai bunga tidak perlu menonjolkan dirinya dan berkata, “Aku setangkai bunga.” Mahluk hidup akan menyadari keharumannya, dan mereka akan tertarik dan mendekatinya. Jadi, jika bunga saja bisa melakukan seperti itu, maka ketika kita hadir dengan hati yang berbunga dan merekah, dan juga dengan keharuman yang ada di hati kita, mereka yang mencintai Tuhan dan memiliki iman kepada Tuhan akan datang mendekati kita. Anakku, permata yang menyinari mataku, sebagaimana bunga menarik mahluk hidup, hati ini akan menarik mereka yang memiliki iman kepada Tuhan. Kita seharusnya berada di dalam keadaan ini.
Jika kita mencabut bunga dan memindahkannya dari pohon, bunga itu akan layu dan kehilangan keharumannya. Bunga tersebut hanya bisa memberikan keharumannya selama bunga itu masih berada dipohonnya. Hal yang sama, jika kita meninggalkan keadaan kita yang benar, bunga yang berada dilubuk hati kita yang paling dalam akan layu. Kita harus tetap terhubung kepada pohon yang merupakan hati. Jika kita meninggalkan hati, maka bunga yang ada di dalam hati kita akan musnah.Inilah yang terjadi ketika kita mencari pujian, kehormatan dan kedudukan demi kebanggaan diri kita. Maka kita akan seperti bunga yang dicabut dari pohonnya; segala kebaikan yang kita miliki di dalam diri kita akan mengering. Bukankah begitu?
Semua anak-anakku, tolong pikirkan hal ini, Tuhan selalu ada di setiap tempat, dan Dia melakukan TugasNya tanpa kebanggaan, tanpa kehormatan, dan tanpa ego “Aku”. Seperti itulah TugasNya. Dengan cara seperti ini seharusnya kita melakukan kewajiban kita, doa kita, ketaatan kita, dan ibadah kita. Tidak ada Tuhan yang layak disembah selain Tuhan Yang Maha Besar, Allahu ta’lla.
Anakku yang mulia, kau harus berpikir.
Kau harus merenung.
Kau harus menyadari.
Kau harus mengetahui.
Dan kau harus mengerti.
Apa yang harus kita mengerti?
Bahwa Allah ada dimanapun.
Bahwa Allah ada disetiap kehidupan dan mengerti semua kehidupan.
Yang Maha Esa yang ada dimanapun, apakah Dia tidak ada di dalam diri kita?
Apakah kita harus pergi mencari DiriNya?
Apakah kita harus membaca ayat-ayat untuk menghadirkan Dia di dalam diri kita?
Apakah kita harus menunjukkan keajaiban untuk melihat Dia?
Apakah kita harus terbang ke angkasa untuk melihat Dia?
Apakah kita harus menutup mata kita dan menunggu untuk melihat Dia?
Anakku yang mulia, cahaya-cahaya permataku, lihatlah bagaimana air turun ketika hujan.
Ia mengalir ke semua tempat dan memberikan manfaat ke setiap hal yang ia lewati.
Ketika hujan turun, kau akan melihat pohon-pohon, rumput-rumput dan segala sesuatunya menjadi segar; semuanya memilki kesejukan di dalamnya. Danau-danau menjadi terisi, dan air yang berlebih pada danau mengalir menuju laut. Betapa indahnya ketika air mengalir menuju laut. Ketika hujan turun ke bumi dan danau, ia bermanfaat untuk seluruh mahluk hidup, bukankah begitu?
Dengan hal yang sama, di dalam setiap nafas, hati kita selayaknya mengagungkan Tuhan.
Pada setiap saat, kita harus memperkenankan hujan dari Rahmat Tuhan turun membasahi hati kita.
Setiap menit, setiap detik, di dalam setiap nafas, kita harus mengagungkan Dia.
Di dalam setiap detik kita harus memiliki niat untuk beribadah kepadaNya.
Setiap kata yang kita ucapkan haruslah perkataanNya.
Setiap pemikiran haruslah pemikiranNya.
Kita harus berada dalam keadaan ini.
Di dalam pikiran kita, di dalam nafas kita, di dalam perkataan kita, dan di dalam niat kita, kita sebaiknya berhubungan dengan Tuhan.
Kita harus hidup dalam niatNya.
Apapun kegiatan yang kita lakukan, Dia harus selalu berada di dalam niat kita.
Hal ini bukanlah suatu perkara yang besar, anakku yang mulia.
Kita mengira bahwa ini sesuatu yang sangat berat untuk dipikul.
Tetapi lihatlah pada nafas: kegiatan apapun yang kita lakukan, nafas tetap berkerja secara otomatis, bukankah begitu? Ketika kita bekerja, apakah nafas berhenti bekerja?
Ketika kita bekerja, apakah mata kita berhenti berfungsi?
Mereka tetap bekerja, bukankah begitu? Kerja apapun yang kita lakukan, apakah peredaran darah tetap bersirkulasi? Apakah ia berhenti bersirkulasi karena kita sibuk bekerja? Tidak, mereka tidak berhenti. Apapun yang kita lakukan, nafas kita tetap mengalir tanpa henti.
Dada kita mengembang dan mengempis, setiap organ tubuh berdenyut, setiap akar rambut tumbuh, dan setiap lubang pori-pori bekerja setiap saat. Jika mereka bisa melakukan fungsinya, maka apakah kita bisa selalu memiliki niat kepada Tuhan?
Niat dan kepercayaan kita terhadap Tuhan harus selalu bersama kita, sebagaimana mengalirnya nafas kita.
Iman kita harus konstan. Pikiran-pikiran tersebut, niat kita terhadap Tuhan, nafas tersebut, perkataan tersebut, penglihatan tersebut, dan gema tersebut sebaiknya bekerja secara terus-menerus sebagaimana organ-organ tubuh yang berfungsi secara otomatis. Itulah yang dinamakan Zikir, mengingat Tuhan. Jika kau selalu berusaha mengingat Tuhan sebagaimana organ tubuh yang berfungsi di dalam tubuhmu, maka itulah yang di namakan ibadah.
Ini bukanlah suatu beban yang berat untuk dipikul. Yang lain semuanya bekerja secara otomatis; jika hal ini juga dapat bekerja secara otomatis, maka inilah yang di namakan Rahmat Tuhan.
Rahmat inilah yang harus kita sebarkan ke segala sesuatu.
Seperti hujan yang memberikan begitu banyak kenikmatan dan kesejukan, kita selayaknya memuaskan dahaga orang-orang yang kehausan.
Kita selayaknya menghilangkan kelaparan orang lain dan mencoba untuk menenangkan keletihan mereka. Inilah Tugas yang harus kita lakukan.
Anakku, kita tidak selayaknya mengatakan, “Ini sulit, hal itu begitu sulit,” atau “Hal ini tidak mungkin”.
Apa-apa yang kita bawa di dalam diri kitalah yang begitu berat.
Ketika hujan turun dan terjadi banjir, kau bisa melihat pohon-pohon dan kapal-kapal mengapung di atas air. Tetapi ketika kau mencoba mengangkat pohon dari tanah, hal ini sangat berat. Jika kita mencoba mengangkat pohon sendirian, akan terasa sangat berat. Sama halnya, jika kau mencoba memikul sebuah kapal, terasa sangat berat. Tetapi ketika kapal tersebut berada di air, apakah ia berat? Tidak, kapal tidak terasa berat bagi air. Ketika kita meletakkan kapal di air, apakah yang terjadi? Kita bisa memenuhinya dengan beban tujuh kali berat kapalnya dan tetap tidak terasa berat bagi air.
Anakku yang mulia, segala beban-beban dan apa-apa yang berat yang kita kumpulkan selama hidup kita sama seperti ini. Kita mencoba membawa mereka bersama kita. Kita mencoba membawa bumi, kita mencoba membawa udara, kita membawa hasrat kita, kita membawa keterikatan terhadap dunia dan kecintaan terhadap hubungan-hubungan kita. Hal-hal ini begitu berat karena kita mencoba membawanya melawan gravitasi bumi.
Tetapi jika kau menjadikan setiap nafas membawa gema dari La ilaha, ill-Allahu- Tidak ada Tuhan selain Allah, dan Hanya Allah yang ada; jika kau bisa mengambil setiap beban ini dan menyerahkannya kepada Dia Hu, ill-Allahu, ini seperti menyerahkan semua beban kedalam kapal tersebut. Lalu kau tidak memiliki beban lagi. Kau tidak memiliki beban untuk dibawa lagi. Sebagaimana air yang bisa menahan sebuah kapal, Allah akan membawa semua beban-bebanmu.
Beban-beban ini tidak berat bagiNya, sebagaimana air tidak merasakan beratnya kapal dan beban-beban yang ada di dalam kapal tersebut.
Jika kau berserah diri kepada Tuhan dalam keadaan seperti itu, tidak ada lagi beban untuk mu; Allahuakan membawa semua beban-beban tersebut. Tetapi jika kau hanya memberikan setengahnya kepada air dan kau berusaha membawa setengah lainnya, bagaimana kau akan memikulnya?
Bagaimana kau akan membawanya?
Anakku yang mulia, tolong renungkan hal ini.
Air hanya akan dapat menahan kapalnya ketika engkau memberikan seluruh kapalnya kepada air.
Maka sebanyak apapun beban yang kau berikan, air masih dapat menahannya.
Sama seperti itu, kita harus menyerahkan beban-beban kita seluruhnya kepada Tuhan, dan berkata, “La ilaha, Tidak ada Tuhan selain Allah, ill-Allahu, hanya Engkau yang ada, Oh Tuhan.” Dan Dia Yang Maha Bijak di seluruh Alam Semesta, Sang Rahmatul-‘alamin, akan membawa semua beban-beban kita yang berat. Semakin banyak beban yang kau berikan kepadaNya, semakin banyak yang akan Ia bawa.
Jika kau renungkan hal ini, kau akan menyadari bahwa jika kita hidup dalam keadaan seperti ini, berserah diri kepada Tuhan, maka kita tidak akan memiliki ketakutan ataupun kesulitan di dalam hidup. Dan ibadah kepada Tuhan menjadi begitu mudah.
Kesulitannya terletak pada perbuatan kita yang mencoba membawa beban-beban tersebut dari bumi dan mencoba untuk menyerahkan beban-beban tersebut kepada Allah. Selalu terdapat ikatan keturunan, ras, dan agama yang mendorong kita. Kita membawa mereka, dan hal-hal itulah yang memberi kita beban. Tetapi jika kita bisa mengambil beban ini dan berserah diri kepada Tuhan, maka ibadah akan menjadi sangat mudah, untuk mencapai Tuhan menjadi mudah, untuk berbicara kepadaNya menjadi mudah, untuk menerima kearifanNya menjadi mudah, untuk bersatu denganNya menjadi mudah, dan mencapai kerajaanNya menjadi Mudah. Kita harus memikirkan hal ini. Kita harus merenungkan segala sesuatunya.
Anakku yang mulia, cahaya-cahaya permataku, kau harus berusaha untuk mencapai keadaan ini.
Anakku yang tersayang, setiap dari kita harus berusaha untuk mengurangi beban-beban yang kita bawa bersama kita. Kita harus menyingkirkan beban-beban kita; kita harus berusaha.
Semua masalah ini adalah akibat tingkah laku kita.
Semua anakku, kita harus memikirkan tentang hidup kita.
Kita harus memikirkan tentang kewajiban dan perbuatan-perbuatan Tuhan.
Kita harus mengerti hal tersebut dan berusaha untuk hidup dalam keadaan tersebut.
Semoga ibadah kita berada dalam keadaan tersebut, dan mari kita berusaha untuk meraih singgasana Tuhan.
Hal itu akan menjadi kemenangan bagi hidup kita.
Itulah keagungan dari manusia dan kejernihan dari kearifan kita.
Anakku yang mulia, cahaya-cahaya permataku, semoga setiap dari kamu memikirkan hal ini.
Berusahalah untuk berjalan dijalan yang lurus, dan berusaha untuk menilai diri kita.
Untuk beribadah kepada Tuhan mudah, tetapi untuk mengerti sifat-sifatNya dan untuk berjalan pada jalan inilah yang sulit. Jadi mari kita berjuang untuk mencapai maqam tersebut.Amin. Amin.
As-salamu’alaikum wa Rahmatullahi wa Barakatu Kullahu. Semoga keselamatan Allah bersamamu dan Rahmat Allah dan Barokah Allah.
Oleh : M. R.
Diterjemahkan oleh: Dimas Tandayu
Semoga bermanfaat.
Semoga bermanfaat.
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan Kasih Jempolnya..